Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Harimau Sumatera Diperkirakan Tinggal 150 Ekor, Itupun Terus Terancam Perburuan

Terkait kasus perdagangan offset harimau yang pada akhir September lalu terungkap, ia berharap agar proses hukum bisa memberi efek jera.

Penulis: Dedi Nurdin
Editor: Wahid Nurdin
zoom-in Harimau Sumatera Diperkirakan Tinggal 150 Ekor, Itupun Terus Terancam Perburuan
Tribun Pekanbaru/Melvinas Priana/Melvinas Priananda
Perdagangan Kulit Harimau Sumatera - Petugas Dirjen Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Seksi Wilayah II Riau memperlihatkan barang bukti berupa kulit harimau sumatera yang diamankan dari dua orang tersangka saat tiba di Pekanbaru, Kamis (29/9/2016). Kulit harimau tersebut rencananya akan dijual tersangka yang disinyalir merupakan bagian dari perdagangan satwa liar kepada pembeli seharga 80 juta rupiah. Tribun Pekanbaru/Melvinas Priananda 

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Dedi Nurdin

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Keberadaan harimau Sumatera di Provinsi Jambi kian surut dengan masih maraknya perburuan terhadap hewan langka ini.

Ketua Forum Harimau kita, Nata mengatakan sampai saat ini jumlah harimau Sumatera yang berlindung di hutan provinsi Jambi hanya berkisar 150 ekor.

"Kalau dari hasil pemantauan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, tinggal sekitar 150 ekor saja," katanya dikonfirmasi, Selasa (4/10/2016).

Nata mengatakan, saat ini harimau Sumatera bertahan hidup di kawasan taman nasional seperti di Taman Nasional Berbak, Taman Nasional Kerinci Seblat, Bukit 30, dan Hutan Harapan.

Setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan harimau ini diambang kepunahan dan terus berkurang.

Pertama adalah kondisi kerusakan hutan yang terus terjadi, baik akibat bencana atau kebakaran.

Berita Rekomendasi

idealnya seekor harimau Sumatera akan menjelajahi wilayah sekitar 750 hingga 1000 hektar.

"Kerusakan hutan setiap tahunnya memaksa mereka kerap muncul di pemukiman warga. kondisi pembukaan lahan secara luas juga menjadi faktor yang mengancam harimau Sumatera," katanya.

Belum lagi soal konflik dengan manusia. dimana hal ini menjadi faktor selanjutnya. Konflik ini diawali dengan kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan lagi bagi hewan endemik ini untuk bertahan hidup.

Sehingga tak jarang Harimau Sumatera kerap terlihat di lingkungan pedesaan.

Faktor terakhir adalah perburuan.

"Yang paling banyak juga adanya perburuhan liar, ini yang paling marak saat ini," kata Nata.

Sepanjang tahun 2016, kata Nata, sudah ada sekitar empat kasus perburuhan liar pada harimau.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas