Harimau Sumatera Diperkirakan Tinggal 150 Ekor, Itupun Terus Terancam Perburuan
Terkait kasus perdagangan offset harimau yang pada akhir September lalu terungkap, ia berharap agar proses hukum bisa memberi efek jera.
Penulis: Dedi Nurdin
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Dedi Nurdin
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Keberadaan harimau Sumatera di Provinsi Jambi kian surut dengan masih maraknya perburuan terhadap hewan langka ini.
Ketua Forum Harimau kita, Nata mengatakan sampai saat ini jumlah harimau Sumatera yang berlindung di hutan provinsi Jambi hanya berkisar 150 ekor.
"Kalau dari hasil pemantauan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, tinggal sekitar 150 ekor saja," katanya dikonfirmasi, Selasa (4/10/2016).
Nata mengatakan, saat ini harimau Sumatera bertahan hidup di kawasan taman nasional seperti di Taman Nasional Berbak, Taman Nasional Kerinci Seblat, Bukit 30, dan Hutan Harapan.
Setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan harimau ini diambang kepunahan dan terus berkurang.
Pertama adalah kondisi kerusakan hutan yang terus terjadi, baik akibat bencana atau kebakaran.
idealnya seekor harimau Sumatera akan menjelajahi wilayah sekitar 750 hingga 1000 hektar.
"Kerusakan hutan setiap tahunnya memaksa mereka kerap muncul di pemukiman warga. kondisi pembukaan lahan secara luas juga menjadi faktor yang mengancam harimau Sumatera," katanya.
Belum lagi soal konflik dengan manusia. dimana hal ini menjadi faktor selanjutnya. Konflik ini diawali dengan kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan lagi bagi hewan endemik ini untuk bertahan hidup.
Sehingga tak jarang Harimau Sumatera kerap terlihat di lingkungan pedesaan.
Faktor terakhir adalah perburuan.
"Yang paling banyak juga adanya perburuhan liar, ini yang paling marak saat ini," kata Nata.
Sepanjang tahun 2016, kata Nata, sudah ada sekitar empat kasus perburuhan liar pada harimau.
Namun, jerat hukum yang masih dinilai terlalu longgar sehingga tidak memberi efek jera bagi para pelaku.
"Ancaman hanya limatahun. dan yang paling tinggi hanya tiga tahun fonisnya. ini tidak memberi efek jera," katanya.
Padahal dampak besar dari aktifitas perburuan harimau bisa mengancam keberlangsungan endemik harimau Sumatera.
Secara keseluruhan di pulau Sumatera saat ini terdeteksi hanya sekitar 500 ekor saja.
"Jika sampai punah maka tidak bisa tergantikan lagi, bahkan generasi kita bisa jadi hanya mengenal harimau Sumatera lewat gambar dan cerita saja. ini sungguh memprihatinkan," katanya.
Terkait kasus perdagangan offset harimau yang pada akhir September lalu terungkap, ia berharap agar proses hukum bisa memberi efek jera.
"Kepedulian masyarakat akan keberadaan harimau juga harus di munculkan," katanya.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.