Tujuh Korban Dimas Kanjeng Asal Desa Pengambengan Hingga Kini Belum Kembali
Tujuh warga Desa Pengambengan yang menjadi korban penipuan penggandaan uang Dimas Kanjeng Taat Pribadi dikabarkan belum bertolak dari Probolinggo.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, NEGARA - Tujuh warga Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali, yang diduga menjadi korban penipuan penggandaan uang Dimas Kanjeng Taat Pribadi dikabarkan belum bertolak dari Probolinggo sejak Idul Adha, 12 September 2016 lalu.
Dikonfirmasi Senin (3/10/2016), Kepala Desa Pengambengan, Samsul Anam, membenarkan tujuh warganya merupakan korban Dimas Kanjeng.
Samsul pun sudah mengantongi nama-nama mereka. Namun ia enggan mempublikasikannya lantaran takut menyalahi privasi yang bersangkutan.
Menurutnya, saat ini ketujuh warga yang diduga menjadi korban Dimas Kanjeng tersebut masih berada di Jawa Timur.
Kuat dugaan kini mereka masih berada di Padepokan Dimas Kanjeng dan belum pulang ke rumahnya masing-masing sejak Idul Adha.
Beredar kabar para korban ini telah ditipu hingga miliaran rupiah dan hingga kini pihak keluarga masih cemas menantikan kedatangan mereka.
"Kita tunggu dulu biar datang, ketemu biar jelas berapa kerugiannya. Nanti kalau mereka sudah di Pengambengan kita sampaikan perkembangannya," kata Samsul, Senin kemarin.
Sementara Kapolres Jembrana, AKBP Djoni Widodo, mengatakan telah menyebar intel guna mengungkap adanya dugaan korban Dimas Kanjeng di Bumi Makepung.
Hasilnya, tak hanya tujuh orang dari Desa Pengambengan, melainkan masih ada puluhan orang lainnya dari lima kecamatan di Jembrana yang menjadi korban Dimas Kanjeng.
Masing-masing di Kelurahan Loloan Barat (Kecamatan Negara) dan Kelurahan Loloan Timur (Kecamatan Jembrana) sebanyak 50 orang, kemudian di Melaya terdapat lima orang, dan Kecamatan Mendoyo dan Pekutatan tujuh orang.
Dengan demikian, kata Djoni, berdasarkan pendataan sementara didapati sekitar 69 orang yang diduga menjadi korban Dimas Kanjeng di Jembrana.
Meskipun demikian, pihaknya belum bisa memastikan berapa jumlah pasti korban serta kerugian materialnya lantaran masih melangsungkan pendataan.
"Memang anggota kami sudah sempat bertemu dengan beberapa korbannya. Tapi mereka tidak mau jujur berapa kerugiannya, mungkin mereka malu. Ada yang mengaku kena Rp 100 juta, ada juga yang Rp 5 juta," bebernya.
Ia mengatakan hingga kemarin belum ada korban yang melapor.
"Tapi kami akan pro aktif melakukan pendataan ke desa-desa. Besok (hari ini) kami kumpulkan kanit-kanit intel di polsek agar lebih maksimal pendataannya sehingga bisa diketahui berapa jumlah korban Dimas Kanjeng," tandas kapolres.