KH Umar Thoha Langsung ke Tuban Mencari Dua Anaknya yang Jadi Korban Perahu Tenggelam
Dua dari 25 santri Pondok Pesantren Langitan yang tenggelam di Sungai Bengawan Solo di Tuban diketahui merupakan putra dari KH Umar Thoha
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, GRESIK - Dua dari 25 santri Pondok Pesantren Langitan yang tenggelam di Sungai Bengawan Solo di Tuban diketahui merupakan putra dari KH Umar Thoha, pembina Masjid Jami’ Gresik.
Mereka adalah Abdullah Umar (15) dan adiknya, Ahmad Umar (12).
Rumah keluarga Kiai Umar Thoha terlihat sepi, Jumat (7/10/2016) siang. Sampai menjelang petang, rumah dengan pagar besi warna cokelat yang terletak di Jalan Raden Santri I/01 Gresik itu masih terlihat sepi.
Hanya beberapa warga dan famili terlihat berkerumun di depan dan sekitar jalan depan rumah di Kelurahan Bedilan tersebut.
Menurut mereka, KH Umar Thoha dan istrinya sudah berangkat ke Pondok Pesantren Langitan sejak pagi.
“Sekitar pukul 09.00 WIB, paman (KH Umar Thoha) mendapat kabar dari Langitan. Beliau diminta datang ke sana tapi tidak disebutkan keperluannya. Tapi dari raut wajahnya, paman terlihat gelisah,” ungkap Salafudin Machfud, keponakan KH Umar Thoha.
Sejatinya, Jumat siang KH Umar Thoha punya jadwal untuk khutbah Jumat di Masjid Ampel Surabaya. Tapi karena harus menuju ke Ponpes Langitan di Widang, Tuban lantaran dua putranya ikut menjadi korban perahu tenggelam, jadwal Khutbah Jumat itupun terpaksa dibatalkan.
Sampai petang, keluarga ini masih berada di Langitan. Di sana, KH Umar Thoha juga ikut memantau langsung proses pencarian para korban di Sungai Bengawan Solo yang lokasinya tidak jauh dari area Pondok Pesantren yang berada di berbatasan Tuban-Lamongan tersebut.
Karena ditinggal di Langitan, di rumah yang terletak di sebelah gedung DPRD Gresik tersebut hanya ada putri kelima KH Umar Thoha, Zahro Umar.
Anak 11 tahun tersebut ditemani istri dan adik Salafudin Machfud. Namun, Zahro belum diberitahu peristiwa yang menimpa dua kakaknya.
Keluarga sengaja menyembunyikan kabar ini karena khawatir siswi Kelas V MINU Terate Gresik tersebut shok.
“Sesuai pesan dari paman, Zahro tidak boleh diberitahu dulu, khawatirnya nanti kaget,” sambung Salafudin.
Diceritakan oleh pria yang berprofesi sebagai guru di SMK Dahrma Wanita tersebut, KH Umar Thoha punya lima orang anak.
Anak pertama dan kedua, Lubaba Umar dan Nuro Umar sedang menempuh pendidikan di salah satu pondok pesantren di Bangil, Pasuruan.
Sedangkan dua lainya yaitu Abdullah Umar dan Ahmad Umar sedang belajar di Ponpes Langitan, serta Zuhro yang terakhir.
Kabar yang diterima keluarga, dalam peristiwa tenggelamnya perahu pengangkut 25 santri Langitan, Ahmad Umar sudah ditemukan.
Sedangkan kakaknya, Abdullah Umar, masuk dalam daftar tujuh santri yang belum ditemukan oleh Tim SAR yang melakukan pencarian di sana hingga Jumat petang.
Keluarga maupun para tetangga berharap, para korban bisa segera ditemukan dalam keadaan selamat. Dan sejak mendengar kabar ini, keluarga maupun tetangga KH Umar Thoha juga terus memantau berita-berita serta informasi yang beredar melalui sosial media dan sejumlah media online.
“Sejauh ini, dari kabar yang beredar di sosial media maupun berita-berita media online, Ahmad Umar sudah ditemukan, tapi Abdullah Umar belum. Semoga semua bisa segera ditemukan dalam keadaan selamat,” ujar Munakib, tetangga KH Umar Thoha.
Peristiwa tenggelamnya perahu pengangkut 25 santri Langitan yang hendak berbelanja ke Pasar Babat tersebut terjadi sekitar pukul 08.00 WIB. Ketika menyebarangi sungai Bengawan Solo, perahu tenggelam.
Dari 25 santri yang menjadi korban, 18 sudah ditemukan dan 7 lainnya masih dalam pencarian.