Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Marwah Daud Diperiksa Polda Jatim, Ini Pendapatnya Soal Pembunuhan 2 Pengikut Dimas Kanjeng

Marwah Daud Ibrahim yang diperiksa di Ditreskrimum Polda Jatim, menyesalkan terjadinya pembunuhan terhadap dua pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Marwah Daud Diperiksa Polda Jatim, Ini Pendapatnya Soal Pembunuhan 2 Pengikut Dimas Kanjeng
Repro/Kompas TV
Mantan anggota DPR RI, Marwah Daud Ibrahim (tengah) terlihat di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, di Probolinggo, Jawa Timur, saat penangkapan Dimas Kanjeng oleh Polda Jawa Timur, Kamis (22/9/2016) lalu. 

TRIBUNNEWS.COM, SURABABAYA - Ketua Yayasan Keraton Kasultanan Sri Raja Prabu Rajasa Nagara, Marwah Daud Ibrahim yang diperiksa di Ditreskrimum Polda Jatim, menyesalkan terjadinya pembunuhan terhadap dua pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi.

"Untuk kami, menyesalkan kejadian itu. Ya harusnya kan ngomong kemaslahatan dan kemajuan bangsa. Menurut saya itu sebuah kecelakaan. Ya kami berduka," tutur Marwah Daud usai diperiksa penyidik, Senin (17/10/2016).

Apakah juga ditanya penyidik atas kejadian itu (pembunuhan)? "Tidak," tandas Marwah.

Marwah juga mengatakan, apabila ada pengikut atau santri yang minta uangnya dikembalikan, diakui dikembalikan.

"Kalau minta dikembalikan yang dikembalikan," paparnya. 

Namun yang terjadi pada pengikut yang minta uangnya dikembalikan seperti Ismail Hidayah dan Abdul Gani justru mengalami hal yang tragis.

Ismail diculik saat menuju salat Magrib di masjid dekat rumahnya dan mayatnya dibuang.

Berita Rekomendasi

Abdul Gani diculik dan dibunuh dan dibuang ke waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jateng oleh Wahyudi Cs yang kini perkaranya sudah di Kejari Probolinggo.

Apakah yakin keterlibatan Taat Pribadi di balik pembunuhan Ismail dan Abdul Gani?

"Saya tidak yakin. Cara bertutur beliau (Taat) itu bagus dan tujuannya untuk kemaslahatan umat," ungkap Marwah sembari jalan saat diwawancarai.

Marwah mengakui dirinya memberi mahar saat pertama kali masuk. Namun soal jumlahnya, perempuan asal Sulsel itu tidak menjelaskan secara gamblang.

"Cuma sedikit. Itu kan sama dengan pendaftaran saat masuk organisasi. Bedanya di sini (padepokan) itu mahar dan organisasi adalah pendaftaran," paparnya.

Ketika didesak apakah ada janji kapan uang mahar dikembalikan pada santri?

"Tidak ada janji seperti itu. Tujuan utama keraton adalah untuk kemaslahatan umat. Kan para santri dari berbagai daerah agar mengusulkan program yang ada. Seperti gaji guru mengaji yang selama ini kurang diperhatikan akan diperhatikan," jelasnya.

Dalam pemeriksaan ini, Marwah dicecar sekitar 30 pertanyaan seputar yayasan keraton yang dipimpinnya mulai 11 Agustus 2016.  

Ketika didesak terkait aliran dana, Marwah mengaku tidak ada dalam pemeriksaan.

Kepada pengikut Dimas Kanjeng yang masih bertahan di padepokan, ia meminta agar bersabar dan mengikuti proses hukum yang sedang berjalan.

Ia juga berharap publik tidak menjustifikasi buruk Padepokan Dimas Kanjeng sebelum ada keputusan hukum tetap.

"Kita semua mencari kebenaran. Kita tunggu ketetapan hukum dulu," tegas Marwah.

Marwah Daud memenuhi panggilan penyidik Ditreskrimum Polda Jatim, Senin (17/10) sekitar pukul 09.00 WIB.

Sementara, suami Marwah, Tajul Ibrahim yang turut diperiksa terkait dugaan penipuan di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi tidak hadir. Dalihnya, pinggangnya kecetit.

Marwah datang mengenakan setelan  blazer warna ungu dipadu celana hitam datang ke Mapolda sekitar pukul 09.00 WIB langsung masuk ruangan pemeriksaan.

Pemeriksaan juga dijadwalkan memeriksa 10 sultan (anak buah Taat Pribadi. Namun hanya lima sultan yang datang yakni, Sugeng Effendi, Syamsudin, Solikin, Abdul Haris, dan Fathurohman.

Sekitar pukul 11.45 WIB, Marwah keluar ruang penyidikan menuju Mushala An Nahl yang ada di lingkungan Ditreskrimum Polda Jatim untuk menjalankan shalat Dhuhur.

Usai salat Dzuhur, ia menuturkan bahwa suaminya kini tengah sakit. "Suami saya sakit. Syarafnya kejepit. Sudah lama sakitnya," katanya.

Marwah Daud disebut-sebut berkaitan dengan Dimas Kanjeng Taat Pribadi karena namanya tertera sebagai Ketua Yayasan Keraton  Kasultanan di Dusun Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo.

Padepokan ini diasuh oleh Taat Pribadi.

Dimas Kanjeng Taat Pribadi dan padepokannya menjadi buah bibir setelah ditangkap tim gabungan Polres Probolinggo dan Polda Jatim, Kamis (22/9/2016).

Ia ditangkap karena diduga sebagai otak pembunuhan pengikutnya, Ismail Hidayah dan Abdul Gani.

Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol RP Argo Yuwono, menjelaskan sesuai jadwal yang diperiksa, 11 orang terdiri 10 sultan dan Marwah Daud. Dari 10 sultan yang dipanggil hanya datang 5 orang.

"Yang 5 orang tidak hadir akan dipanggil lagi. Termasuk Dody Wahyudi tidak hadir," ungkapnya.

Menurut Kombes Argo, Tajul Ibrahim diperiksa sebagai saksi karena diketahui bahwa di Padepokan Dimas Kanjeng juga aktif sebagai salah satu koordinator.

"Suami  Bu Marwah tidak hadir karena sakit," jelasnya. 

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas