Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rekatkan Persaudaraan Melalui Ngopi Sepuluh Ewu

Sepanjang sekitar dua kilometer, meja dan kursi berjajar di depan rumah tiap warga dengan suguhan kopi rakyat.

Editor: Wahid Nurdin
zoom-in Rekatkan Persaudaraan Melalui Ngopi Sepuluh Ewu
SURYA/HAORRAHMAN

TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Pemandangan menyenangkan terjadi di Desa Kemiren, Banyuwangi, Sabtu (5/11/2016) malam.

Sepanjang sekitar dua kilometer, meja dan kursi berjajar di depan rumah tiap warga dengan suguhan kopi rakyat.

Malam Minggu kali ini digelar Ngopi Sepuluh Ewu. 

Tiap warga menawari setiap orang yang lewat di jalan. Entah dikenal atau tidak, di tiap meja pemilik rumah menawarkan kopi mereka gratis.

"Saya siapkan bubuk kopi dua kilogram untuk malam ini," kata Sucipto, salah satu warga Kemiren.

Tidak hanya kopi, di meja Sucipto juga banyak terdapat jajanan tradisional seperti kucur, tempe, tahu, tape, dan jajanan lainnya.

"Acara ini kan setahun sekali, jadi tak apalah modal sedikit untuk ramaikan acara," kata Sucipto.

Berita Rekomendasi

Dengan mengenakan pakaian adat Suku Using serba hitam, Sucipto dan istrinya menyiapkan kursi dan meja di pinggir jalan.

Mereka menerima tiap tamu dan menyuguhkan kopi. Gratis.

Ketua Adat Kemiren, Suhaimi mengatakan, acara Ngopi Sepuluh Ewu (10.000) ini bukan ritual.

Melainkan tradisi masyarakat Kemiren. Suhaimi mengatakan, dalam tradisi Using, tiap tamu yang datang ke rumah, wajib disuguhi kopi.

"Tradisinya tamu diterima di teras rumah sambil ngopi. Tradisi inilah yang ingin kami angkat," kata Suhaimi.

Menurut Suhaimi, ngopi di Kemiren memiliki filosofi menambah persaudaraan.

Dengan banyaknya orang datang ke Kemiren untuk ngopi, berarti kian banyak saudara yang dimiliki.

"Sak corot dadi seduluran (sekali seduh jadi saudara)," kata Suhaimi.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, ini merupakan ungkapan kebahagiaan warga

Kemiren. Menurut Anas, festival ini murni tumbuh dari masyarakat.

"Banyak even di Banyuwangi yang tumbuh dari masyarakat," kata Anas.

Anas mengatakan, acara ini merupakan swadaya dari masyarakat. Pemkab Banyuwangi sama sekali tidak memberikan anggaran untuk menggelar acara ini.

"Ngopi di Kemiren tidak hanya minum kopi. Tapi penguatan persaudaraan. Menjaga tradisi," kata Anas.
Menurut Anas, di acara ini terlihat sepanjang jalan masyarakat Banyuwangi guyup. Ini Menguatkan persaudaraan.

"Kemiren sudah maju pesat dan kian berwarna-warni," tambah Anas. (surya/haorrahman)

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas