BNPT Kunjungi dan Santuni Keluarga Korban Aksi Terorisme di Samarinda
Abdul Rahman Kadir didampingi Direktur Pencegahan Brigjen Pol. Hamidin mengunjungi keluarga korban aksi terorisme di Samarinda, Jumat (18/11/2016).
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir didampingi Direktur Pencegahan Brigjen Pol. Hamidin mengunjungi keluarga korban aksi terorisme di Samarinda, Jumat (18/11/2016).
Kunjungan tersebut untuk menyampaikan belasungkawa kepada semua keluarga korban teroris juga meninjau langsung tempat kejadian peristiwa.
Rombongan BNPT langsung menuju ke rumah keluarga korban meninggal, Intan Olivia Banjarnahor (3 tahun) di Jalan Jati III, Samarinda Sebrang dan disambut orang tua Intan, Anggiat Banjarnahor (33) dan Diana Susanti boru Sinaga (32) serta keluarga besarnya. Pada kesempatan itu, Mayjen Abdul Rahman Kadir menyampaikan bahwa kedatangannya adalah untuk menyampaikan belasungkawa sedalam dalamnya atas nama keluarga besar BNPT. Selain itu, juga diserahkan santunan kepada keluarga Intan.
“Keluarga besar BNPT sangat bersimpati atas kejadian ini dan berharap agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi. Jangan dilihat nilainya. Semoga santunan ini bisa bermanfaat bagi keluarga.,” kata Mayjen Abdul Rahman Kadir tanpa menyebutkan jumlah sumbangan yang diberikan.
Ia menambahkan bahwa BNPT adalah instansi pemerintah yang bertugas menanggulangi terorisme dan dari waktu ke waktu BNPT terus berusaha untuk mencegah terjadinya aksi terorisme. Namun disayangkan mereka (teroris) terus bergerilya dan nekad untuk melakukan tindakan-tindakan teroris termasuk terhadap anak anak yang tak berdosa.
Kepada korban cedera, Ia mengatakan bahwa penanganan psikologis mutlak dilakukan kepada anak-anak korban tersebut. Karena bagaimanapun, aksi itu memiliki dampak negatif terhadap kehidupan mereka.
Sementara orang tua Intan, Anggiat Banjarnahor didampingi keluarga besarnya menyampaikan bahwa kejadian ini hingga saat ini masih menyimpan rasa sakit yang dalam di jiwa keluarganya sehingga ia belum bisa menerima.
“Namun apa boleh buat takdir Tuhan menyatakan demikian sehingga ia harus pergi dari kami walaupun kami sangat mencintainya. Intan sudah berumur dua tahun lebih dan sedang lucu lucunya karena itulah kami sangat terpukul. Kedatangan kelaurga besar BNPT sungguh sangat berarti dan menghibur perasaan kami. Karena itu kami menyampaikan penghargaan yang setinggi tingginya dan berharap agar kejadian yang menimpa intan sudah yang terakhir di Indonesia,” tuturnya.
Intan adalah korban meninggal akibat aksi bom molotov yang dilakukan tersangka Juhanda di depan Gereje Oikumene, Samarinda, Minggu (13/11/2016). Selain itu, beberapa anak lainnya mengalami cedera dan saat ini masih dirawat di rumah sakit.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.