Malangnya Nasib Ayie, Tiga Tahun Gaji tak Dibayar, Dicerai Istri, Kini Malah Mengidap Hernia
Ayie Supriansyah (29) merupakan satu dari 46 karyawan Perusda Tunggang Parangan (TP) yang belum menerima gaji hingga 3 tahun ini.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, TENGGARONG - Ayie Supriansyah (29) merupakan satu dari 46 karyawan Perusda Tunggang Parangan (TP) yang belum menerima gaji hingga 3 tahun ini.
Ia menerima gaji terakhir sebagai office boy pada 25 Oktober 2013 sebesar Rp 1,5 juta.
Ayie memiliki tanggungan istri dan seorang anak usia 3,5 tahun.
Untuk menafkahi mereka, ia harus kerja serabutan mulai jualan amplang dan opak di Samarinda hingga jadi kuli panggul di Pasar Tangga Arung Tenggarong.
Saat itu ia masih tinggal menumpang di rumah mertua di Desa Jembatan, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kukar.
Himpitan ekonomi membuat biduk rumah tangga yang dirajutnya sejak 2012 mulai goyah.
Jatah uang susu anaknya tak teranggarkan. Motor miliknya sudah dijual, itu pun masih tak mampu menutupi pengeluaran keluarga.
Istri mulai tak betah menghadapi kenyataan pahit ini. Pada 2013, Ayie diusir dari rumah mertua.
Ia harus berpisah selama lebih dari 2 tahun dengan anaknya yang masih usia setahun saat itu. Puncaknya, istri mengajukan cerai pada Oktober 2016 lalu.
Kini, Ayie tinggal seorang diri di mess karyawan, tepat di belakang kantor Perusda, Jalan S Parman, Tenggarong.
Ia menempati kamar mess yang pintu belakangnya jebol. Tikus dan kecoa leluasa masuk ke kamar.
Beberapa plafonnya juga jebol. Jika musim hujan, lantai kamarnya yang sempit selalu basah karena atapnya bocor.
Sejak bulan ramadan lalu, Ayie membantu jualan tahu tek di Tenggarong Seberang tiap malam.
"Bos saya yang punya tahu tek itu tinggal di Loa Ipuh. Saya sering makan di tempat bos saya itu," kata dia.
Bahkan bosnya itu sering meminjamkan motor kepadanya.
Ia berjualan tahu tek mulai sore hingga larut malam. Setiap laku Rp 100 ribu, ia mendapatkan komisi Rp 25 ribu dari jualan tahu tek.
"Sekarang jualan sepi, malah sering nggak sampai Rp 100 ribu pendapatannya," kata Ayie.
Beberapa hari lalu, Ayie ketiban sial. Pada operasi zebra yang belakangan gencar dilakukan polisi, Ayie terjaring razia karena SIM dan STNK-nya kedaluwarsa.
Ia harus memutar otak untuk membayar denda saat menjalani sidang di pengadilan nanti.
"Paling tidak, saya harus menyiapkan uang Rp 1 juta saat sidang nanti," ucapnya.
Cobaan hidup terus dialami Ayie. Saat ini ia juga harus berjuang menghadapi penyakit hernia yang dideritanya sejak 2014 silam. Berat badannya sampai turun drastis sampai 49 kg.
Ia memilih pengobatan alternatif yang lebih murah. Berat badannya berangsur-angsur bertambah. Kendati demikian, penyakit hernianya belum sepenuhnya pulih.
Ayie masuk sebagai karyawan di Perusda Tunggang Parangan sejak 2011. Ia sudah menyandang status sebagai karyawan tetap meskipun akhirnya dirumahkan.
Ia menyimpan harapan besar semoga gajinya yang macet sejak 3 tahun lalu bisa segera dibayarkan.
Dengan gaji itu, ia ingin memberikan sesuatu yang berharga buat buah hatinya.
"Saya ingin berbagi buat anak saya. Ada hak dia di sana. Ini sudah kewajiban saya sebagai ayah," ujarnya pelan.
Tiba-tiba air matanya meleleh teringat buah hatinya. Sesekali ia menyeka air mata yang mengalir di kedua belah matanya.
Saat ini ia hanya bisa bersabar dan berdoa agar gajinya yang tertahan bisa segera dicairkan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.