Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sarjana Informatika Banting Stir Jadi Perajin Reog Ponorogo

Kerajinan reog yang dikerjakan oleh warga di Ponorogo, dilakukan secara turun temurun.

Editor: Willem Jonata

Laporan Wartawan Surya, Dodo Hawe

TRIBUNNEWS.COM, PONOROGO - Di wilayah Ponorogo terdapat beberapa perajin reog yang sudah ada sejak zaman dulu.

Bahkan kerajinan reog yang dikerjakan oleh warga itu dilakukan secara turun temurun.

Pak Manan adalah salah satu perintis dari perajin Reog Ponorogo di Dusun Greteng, Desa Ngampel, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo.

Ia termasuk perintis kerajinan Reog Ponorogo di erah tahun 1970-an.  Kerajinan Reog Ponorogo Pak Manan ini kini dilanjutkan oleh generasi ke tiga dari keturunannya.

Pak Manan sendiri merintis kerajinan Reog sejak tahun 1975-1999, kemudian diteruskan oleh anaknya Pak Warni pada tahun 1999-2015. 

"Setelah bapak meninggal, mau enggak mau saya harus bertangungjawab terhadap pelestarian budaya Ponorogo juga mas," ujar Nugroho kepada surya.co.id.

Berita Rekomendasi

Nugroho adalah lulusan Sarjana Informatika dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Ia juga sempat bekerja di bidang yang ditekuninya semasa kuliah.

Namun, waktu mengubah segalanya. Ia meninggalkan pekerjaannya dan membanting stir untuk membuat perangkat Reog Ponorogo setelah ayahnya meninggal dunia.

"Saya ikhlas mas, demi Reog Ponorogo," ujar Nugroho yang ditemui disela-sela pembuatan Barongan Reog.

Ratusan Reog sudah dilepas dari rumahnya dan pesanan pun tak pernah berhenti. "Meskipun pesanan tidak menumpuk, tapi selalu ada," kata Nugroho.

Yang menjadi masalah saat ini adalah kulit atau kepala Reog (barongan). Ia dilema karena bahan baku berupa kulit harimau. Binatang itu diketahui hampir punah dan keberadaannya dilindungi.

Di satu sisi, Reog Ponorogo membutuhkan itu sebagai bahan dasar. Sedangkan untuk bahan baku yang lainnya, menurut Nugroho tidak ada masalah.

"Untuk bahan baku, seperti merak biasanya didatangkan dari India, dan masih banyak stoknya. Karena memang di sana ada yang menernakannya. Begitu juga dengan bahan baku lain seperti kayu dadap, masih bisa dicari di sini," lanjut Nugroho.

Untuk harga satu set siap pentas seperangkat Reog Ponorogo Nugroho mengatakan menjual dengan harga sebesar Rp 41 juta.

Reog hasil kerajinan rumahan miliknya juga sudah banyak dikoleksi dari berbagai daerah baik dari dalam maupun luar negeri.

"Biasanya orang Ponorogo yang berada di luar kota. Bahkan beberapa di antaranya dari luar negeri seperti, Korea dan Malaysia," ucapnya.(*)

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas