Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Aher Curhat Soal Kerusakan Lingkungan di Jawa Barat

Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, menilai kerusakan lingkungan yang terjadi di Jabar memang sudah harus menjadi perhatian semua pihak.

Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Y Gustaman
zoom-in Aher Curhat Soal Kerusakan Lingkungan di Jawa Barat
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan meninjau foto-foto Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX dan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV pada pameran foto bertajuk Kilas Balik Jabar Kahiji PON & Peparnas 2016, Bandung Indah Plaza (BIP), Jalan Merdeka, Kota Bandung, Minggu (4/12/2016). Pameran 100 foto hasil bidikan Wartawan Foto Bandung (WFB) ini akan dipamerkan hingga 11 Desember 2016. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku Muh Guci S

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG – Kerusakan lingkungan tak lagi menjadi isu di Jawa Barat. Dampak kerusakan sudah dirasakan di Jabar akhir-akhir ini.

Satu di antaranya banjir bandang yang melanda Kabupaten Garut pada Oktober 2016. Belum lagi banjir yang terjadi di beberapa titik di Kota Bandung ketika curah hujan tinggi beberapa waktu lalu.

Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, menilai kerusakan lingkungan yang terjadi di Jabar memang sudah harus menjadi perhatian semua pihak.

Namun, kultur masyarakat yang belum memiliki kepedulian dan kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan menjadi persoalan terbesar yang harus dihadapi.

Digambarkannya, di Afrika terdapat Sungai Nil yang dilewati 17 negara. Mesir salah satunya dan menjadi negara terakhir yang dilewati Sungai Nil. Namun, sungainya bening meski berada di hilir.

“Saya kemudian bertanya ke mahasiswa di Mesir soal perilaku masyarakat Mesir. Untuk kebersihan dan lingkungan, masyarakatnya joroknya sama dengan masyarakat kita. Tapi urusan air, mereka pantang membuang apapun ke sungai. Kalau kita, air, laut, dan udara jorok,” kata pria yang akrab disapa Aher di Hotel Horison, Jalan Pelajar Pejuang, Kota Bandung, Selasa (6/12/2016).

Berita Rekomendasi

Aher mengatakan, perkembangan dan aktivitas industri dan jasa di Jabar yang pesat juga menjadi salah satu pemicu kerusakan lingkungan.

Banyak aktivitas industri dan jasa yang menggunakan air dalam proses produksinya itu tidak memerhatikan kelestarian lingkungan di sekitanya.Mereka banyak melanggar ketika proses produksi.

“Salah satunya di kawasan Sungai Citarum, yang banyak melanggar itu pelaku industri dan jasa. mereka rakusnya dengan mencari keuntungan tidak memerhatikan masa depan, orang lain, dan lingkungannya,” kata Aher.

Belum lagi, volume kendaraan bermotor di Jabar terus meningkat tiap tahunnya. Hal tersebut merupakan masalah baru lantaran polusi yang ditimbulkan kendaraan bermotor merupakan penyumbang efek rumah kaca terbesar kedua.

Sedangkan dampak efek rumah kaca itu bisa menimbulkan ketidakteraturan cuaca dan cuaca yang tidak menentu.

“Dampaknya petani sulit menanam dan musim tanam menjadi kacau. Nasib nelayan tidak menentu sehingga terjadi kemiskinan hebat. Itu terjadi gara-gara ulah perilaku manusia menyumbang co2 dan gasmetan ke atmosfer kita,” kata Aher.

“Setiap tahun panas meningkat, dingin meningkat, kutub selatan mencair 15 persen, ada sekitar 15 juta ha mencair ketika musim kemarau yang mengakibatkan naiknya mua air laut 10 milimeter setiap tahun,” beber dia.

Tak hanya masyarakat, Aher menilai jika pemerintah juga masih belum sepenuhnya peduli terhadap kelestarian lingkungan.Kebutuhan listrik di Indonesia itu dihasilkan pembakaran solar dan batu bara.

Hampir 50 persennya energinya merupakan hasil pembakaran solar dan batu bara. Adapun batu bara, kata dia, merupakan energi paling berpolusi dibanding bahan bakar lain.

“Padahal potensi PLTA dan se-Indonesia kalau digabungkan itu bisa memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia. Belum listrik yang dihasilkan dari angin (0,1 persen baru dimanfaatkan), gelombang laut (0,02 persen baru dimanfaatkan), kita tinggal menyiapkan teknologi dan itu energi terbarukan untuk kita semua,” kata Aher.

Aher mengatakan, melestarikan lingkungan butuh perhatian utuh dan menyeluruh dari semua pihak. Menurutnya, pembangunan kedepan harus berorientasi lingkungan.

Sebab pasokan hidup masyarakat itu semuanya berasal lingkungan sehingga harus ada komitmen semua pihak untuk melestarikan lingkungan.

Tugas manusia memelihara dan memanfaatkan alam secara seimbang dan berkelanjutan. Manusia tak dilarang memanfaatkan seluruh kandungan di muka bumi, atau kandungan di bawah bumi.

"Yang terlarang jika pemanfaatan bernuansa kerakusan dan kerusakan. Kalau nuansannya keseimbangan dan kelestarian itu tugas manusia di muka bumi ini,” Aher menutup curhatnya.

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas