BNPB: Gempa Pidie Mirip Guncangan Bom Atom Hiroshima
BNPB, mengibaratkan, gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Pidie Jaya menyerupai guncangan yang ditimbulkan bom atom hiroshima
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bernadus Wisnu Widjaja Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB, mengibaratkan, gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Pidie Jaya menyerupai guncangan yang ditimbulkan bom atom hiroshima.
Hal itu berdasarkan skala guncangan yang dihasilkan gempat bumi berkekuatan 6,4 skala richter itu.
"Informasi skala guncangan awal 3-4, tapi terakhir sampai enam. Jika skala lima sudah menyerupai bom atom, sedangkan kalau nilainya naik satu, guncangannya 30x40 bom atom," kata Wisnu.
Wisnu memastikan, gempa bumi di Pidie Jaya tak akan menimbulkan tsunami. Sebab pusat gempa berada di daratan. Adapun gempa susulan, kata dia, guncangannya terasa lebih kecil.
"Susulan biasanya mengecil, biasanya terjadi besar energi tertata dengan gempa kecil dan habis," kata Wisnu.
Wisnu mengatakan, BNPB telah berada di lokasi. Nantinya akan dibentuk tim koordinasi untuk penanganan korban gempa bumi. Sebab ia meyakini masih ada warga Pidie Jaya yang tertimbun reruntuhan bangunan. "Untuk tanggap darurat diberlakukan 14 hari ke depan," kata Wisnu.
Gempa berkekuatan 6,4 SR menghentak Aceh sekitar pukul 05.03 WIB, Rabu (7/12) kemarin.
BMKG merilis data Gempa Mag:6.4 SR,07-Dec-16 05:03:36 WIB, Kedalaman 10 Km, (18 km Timur Laut Kabupaten Pidie Jaya, Aceh). Kepanikan sempat terjadi, di beberapa kawasan.
Di kawasan Darussalam, Banda Aceh warga berhamburan ke luar rumah.
Gempa bermagnitudo M 9 pada 26 Desember 2004 membuat Aceh kerap diidentikkan dengan gempa besar di zona subduksi yang berpotensi tsunami.
Padahal, Aceh sebenarnya terancam pula oleh gempa dengan mekanisme lain yang juga bisa merusak.
Gempa yang terjadi kemarin, membuktikan bermagnitudo M 6,4, gempa kali ini telah menewaskan setidaknya 25 orang, 26 luka berat, dan merobohkan tempat ibadah dan ruko (data sementara).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, gempa kali ini terjadi dengan mekanisme sesar geser mendatar. Pusat gempa tergolong dangkal, hanya 15 kilometer, sehingga goncangan terasa kuat di permukaan. Goncangan kuat itu yang mengakibatkan kerusakan berarti.
Pakar tektonik dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano, kepada kompas.com mengatakan, "Gempa ini sangat tidak terduga. Sampai sekarang kita masih mencari sesar apa yang menjadi penyebabnya."
"Yang kami pahami bahwa sesudah gempa 2004, pelepasan energi dari gempa 2004 melepaskan tegangan di daratan Aceh sehingga terjadi gempa-gempa kecil didaratan tersebut, termasuk gempa tadi Subuh," jelasnya.
Menurutnya, dengan magnitudo M 6,4 dan berupa sesar geser, gempa ini bisa mengakibatkan pergeseran 75 cm di permukaan.
Sementara itu, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, menduga kuat gempa hari ini disebabkan oleh sesar Samalanga Sipopok. Sesar itu memanjang dari perairan Selat Malaka dan masuk ke daratan Aceh hingga mendekati Takengon.
Walau banyak sumber gempa di Aceh telah dipetakan, namun sejarah gempa yang ditimbulkan oleh sesar Samalanga Sipopok hingga kini belum diketahui. "Kita belum punya referensi," kata Daryono.
Di luar ketidakpastian itu, gempa kali ini memberi gambaran bahwa Aceh pun bisa dilanda gempa dengan mekanisme sesar mendatar serta berpusat pada kedalaman yang dangkal.
Daratan Aceh dilewati oleh patahan Sumatera yang terbagi menjadi beberapa segmen besar, yaitu Aceh, Simeuleum, dan Tripa. Segmen Tripa pernah memicu gempa berkekuatan M 7,3 pada 1936, merusak kota Banda Aceh. Segmen Simeuleum pernah memicu gempa yang merusak pada tahun 1964 dengan kekuatan M 6,5.
Terkait gempa hari ini, BMKG mengimbau warga untuk waspada tanpa tidak panik. Hingga pukul 10.00 WIB, terjadi 11 kali gempa susulan. Namun, intensitas gempa susulan semakin menurun. Gempa susulan terbesar bermagnitud M 4,8.
Kota-kota lain di Indonesia juga bisa terdampak gempa dengan mekanisme sesar mendatar. Ancamannya bervariasi tergantung aktivitas sesar di masingh-masing wilayah. Lebih lanjut, simak di konten interaktif berikut yang sekaligus menjadi peringatan 10 tahun gempa Yogyakarta tahun 2006. (tribun jabar/serambi indonesia/kompas.com)