Bawa Misi Perdamaian, Pasutri dari Malang Ini akan Ngonthel Tandem ke Sembilan Negara
Kata 'Allahu Akbar' yang berarti Allah maha besar bukan dimaknai sebagai kata serbu ataupun kalimat ajakan perang.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Kata 'Allahu Akbar' yang berarti Allah maha besar bukan dimaknai sebagai kata serbu ataupun kalimat ajakan perang.
Namun kalimat takbir ini merupakan kalimat perdamaian, yang menunjukkan kebesaran Tuhan yang penuh cinta kasih.
Inilah sepenggal misi perdamaian yang akan dibawa oleh Hakam Mabruri (34) bersama istrinya, Rofingatul Islamiah (34) mengunjungi sembilan negara dalam perjalanan bertajuk 'Holy Journey Faith in Pecae, from Indonesia to Egypt".
Sembilan negara yang dituju pasangan suami istri dari Desa Gading RT 17 RW 4 Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang ini adalah negara yang memiliki sejarah panjang peradaban keagamaan.
Di negara ini pula, terdapat situs dan tempat ibadah yang dijaga oleh masing-masing umatnya.
Kesembilan negara yang dituju adalah Indonesia, Malaysia, Thailand, Nepal, India, Arab Saudi, Yordania, Palestina, Israel, dan Mesir.
Delapan negara berada di Benua Asia, dan satu yakni Mesir di Benua Afrika.
Perjalanan ini menempuh jarak 17.000 kilometer, yang akan ditempuh dalam waktu sekitar delapan bulan.
Uniknya, pasutri ini mengunjungi sembilan negara memakai sepeda tandem, ya sepeda onthel tandem.
Hakam berada di depan, dan sang istri di sadel belakang.
Hakam dan Rofi berangkat dari rumahnya di Bululawang, Sabtu (17/12/2016) pagi.
Dari rumah, ia menuju Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang.
Di tempat ini, Bupati Malang Rendra Kresna melepasnya. Rendra mengapresiasi perjalanan membawa misi kedamaian ini.
"Sebarkan bibit-bibit perdamaian, katakan pada dunia bahwa Islam itu agama cinta damai. Pasarkan juga Indonesia ke negara yang dikunjungi, termasuk Malang dan pariwisata di Malang," pesan Rendra.
Islam di Indonesia, lanjut Rendra, merupakan contoh keberagaman bagi umat Muslim dunia.
Indonesia dengan kebhinekaannya telah menjadi wajah teduh dan toleran dalam kancah dunia Islam.
Hakam menegaskan perjalanan ini membawa misi perdamaian untuk dunia.
"Kami membawa misi perdamaian antar umat beragama, juga antar bangsa. Kami ingin menyerukan wajah Islam yang damai, rahmatan lil alamin. Kalimat 'Allahu Akbar' jangan dimaknai sebagai kalimat perang, atau ajakan menyerbu. Kalimat itu mengandung ajakan perdamaian, kebesaran Tuhan yang penuh cinta kasih," tegas Hakam sebelum memulai perjalanan.
Hakam menegaskan akan mengenalkan wajah kebhinekaan dan keberagaman di Indonesia.
Islam Indonesia, tegasnya, merupakan wajah Islam yang mencintai perdamaian dan menghormati keberagaman. "Juga tidak menyebar kebencian," tegasnya.
Melalui perjalanan itu, Hakam yang juga aktivis Ansor Kabupaten Malang itu, juga hendak bersilaturahmi dengan aktivis maupun pemuka agama non Islam.
Para pemuka agama itu nantinya akan ditemui di situs peradaban keagamaan di negara yang dituju.
"Selama di Indonesia, selain berziarah ke makam Walisanga dan penyebar Islam di Indonesia, kami juga akan berkunjung ke katedral," tegas Hakam.
Perjalanan hari pertama termasuk dalam etape I yakni Malang - Jakarta.
Selama di Jawa, Hakam akan ziarah ke makam Walisanga di Surabaya, Gresik, Lamongan, Tuban, Kudus dan Cirebon.
Sedangkan di Kuala Lumpur, Malaysia, pasutri ini akan bertemu komunitas pesepeda di kota tersebut.
Sementara selama di Nepal, Hakam dan Rofi akan mengunjungi situs kelahiran Budha Sidharta Gautama di Kota Lumbini.
Di India, pasutri ini menyinggahi tempat Sang Budha moksa di Kota Khusinagar, dilanjutkan ke Taj Mahal, juga situs tempat kelahiran Dewa Umat Hindu, Khrisna di Kota Mathura.
Mereka juga ke Kota Yamuna, Vrindafan untuk singgah di situs tempat tumbuh Khrisna.
Masih di India, perjalanan dilanjutkan ke Kurusetra, tempat yang dikisahkan sebagai medan perang Mahabarata.
Setelah dari India, perjalanan diteruskan ke Kota Madinah. Hakam dan Rofi akan berziarah di makam Nabi Muhammad SAW di Masjid Nabawi. "Selanjutnya kami akan umrah di Makkah," imbuh Hakam.
Dari Arab Saudi, mereka masuk ke laut mati di Yordania untuk melihat sisa-sia peradaban kaum Sodom, lalu ke Kota Wadi Mousa yang dianggap sebagai makam Nabi Harun, dan ke kota yang hilang, Petra.
Di Palestina dan Israel, Hakam dan istri akan mengunjungi Danau Galilea di Tiberias dan 'holyland' bagi pemeluk agama samawi di Yerusalem.
Dan terakhir perjalanan ke Mesir yang dikenal sebagai negeri Seribu Piramid.
Untuk menuju Mesir, sejoli ini masuk melalui Nuwebea menuju Gurun Sinai untuk mengunjungi masjid dan gereja tua di atas puncak gunungnya.
Dan tak lupa, Universitas Al-Azhar adalah tempat yang juga akan disinggahi selama di Mesir.
"Semoga ikhtiar kami menziarahi situs bersejarah suci bagi berbagai agama dapat menjadi berkah untuk perdamaian dunia, karena kami melihat keberagaman beragama di dunia akhir-akhir ini menyulut permusuhan. Berangkat dari fenomena inilah, misi perdamaian ini kami bawa bersepeda tandem," tegas Hakam.
Tidak hanya dilepas oleh Bupati Malang Rendra Kresna dan jajarannya, Hakam dan Rofi juga dilepas oleh jajaran Universitas Islam Raden Rahmat (Unira) Kabupaten Malang.
Rektor Unira Hasan Abadi yang juga Ketua Gerakan Ansor Kabupaten Malang memimpin pelepasan itu.
Civitas akademika Unira juga mendoakan perjalanan Hakam dan Rofi supaya lancar dan sukses.
Hasan Abadi mengatakan 'holy journey' itu menjadi momen tepat saat ini, di tengah terjadinya konflik agama di sejumlah negara.
"Di tengah kebhinekaan yang terkoyak di Indonesia, dan konflik agama dan ras di sejumlah negara, ini menjadi momen tepat. Misi perdamaian ini harus dikibarkan dan digaungkan," tegas Hasan.
Hasan telah meminta kepada Hakam dan Rofi membawa 'local wisdom' Islam Indonesia dalam perjalanan itu.
"Local wisdom itu adalah, tingkat grass root tidak mudah terpengaruh sehingga tidak mudah tersulut konflik."
"Itu wajah rakyat Indonesia. Sehingga kami harapkan inilah yang dirawat, tidak mudah diadu domba. Salah satu merawat perdamaian itu caranya melalui pendidikan," tegas Hasan.
Civitas Unira melepas Hakam dan Rofi, karena keduanya tercatat sebagai mahasiswa di kampus tersebut.
Hakam tercatat di Fakultas Agroteknologi, dan sang istri di Fakultas Psikologi.
Hasan berharap, perjalanan kedua orang ini bisa menjadi bekal ilmu yang nantinya ditularkan di Unira.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.