Fenomena Awan Aneh Tiga Hari Berturt-turut Bikin Merinding Warga Bandungan
Awan mirip pusaran angin topan selama tiga hari berturut-turut membuat khawatir warga di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Awan mirip pusaran angin topan selama tiga hari berturut-turut membuat khawatir warga di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.
Warga Bandungan, Prawiro Handoko, menuturkan ukuran awan cukup luas. Saat itu juga kecepatan angin di wilayah setempat terasa kencang.
"Awannya itu mirip seperti angin lesus di Salatiga dan Magelang. Banyak diunggah di media sosial juga bentuknya," kata Handoko kepada Tribun Jateng, Senin (19/12/2016).
"Kalau hari ini, fenomena itu muncul lagi tadi sekitar pukul 10.00 WIB. Kalau dua hari sebelumnya itu muncul pas sore," ia menambahkan.
Pria yang berprofesi sebagai montir itu berujar tak tenang saat mengetahui fenomena itu mulai muncul. Ia selalu telepon sang istri agar waspada bila terjadi angin kencang.
"Sambil bekerja di bengkel, saya melihat ke atas. Takutnya kalau awan itu turun ke darat," kata pria berumur 24 tahun itu.
Terpisah, prakirawan cuaca Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Giyarto, memaparkan pembentukan awan Lenticularis biasa terjadi di pagi hari saat musim hujan.
"Awan mirip pusaran angin sering terjadi di balik gunung. Biasanya dengan arah berlawanan dengan angin pasat atau prevailing wind," ujar Giyarto saat dihubungi Tribun Jateng.
Fenomena ini muncul karena adanya turbulensi dan penumpukan massa udara basah. Pemicunya, pengaruh angin baratan yang mengalir disebabkan Low Pressure Area di utara Australia.
"LPA tersebut berpotensi menguat sehingga bisa menjadi Tropical Cyclone (TC)," terang dia.
Bila awan tersebut tidak terbentuk atau hilang, maka di wilayah itu berpotensi terjadi Clear Air Turbulence (CTA). Udara cerah dengan turbulensi yang kuat dapat membahayakan penerbangan.
Biasanya, munculnya fenomena itu dibarengi meningkatnya kecepatan rata-rata angin di permukaan sekitar 15 sampai 25 kilometer per jam.
Fenomena ini terbentuk lantaran angin pasat berhembus kuat, menyebabkan proses pembentukan awannya berliku mirip pusaran angin. Ini dipengaruhi juga pergolakan karena tertahan oleh gunung.
"Fenomena ini terkait kondisi atmosfer di sekeliling atau skala regional," tandasnya.