Tiga Mahasiswa Ini Ciptakan Palang Pintu KA Otomatis Pakai Sensor Angin
Risiko kecelakaan di perlintasan kereta api Indonesia masih tinggi. Selain faktor human error, ternyata di sejumlah daerah terpencil masih
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - "
Selain faktor human error, ternyata di sejumlah daerah terpencil masih belum terdapat palang pintu kereta api.
Alasannya, karena jarak palang pintu kereta api jauh dengan sumber listrik yang ada.
Melihat hal ini Yovita Sugionoputri, Anthoni, dan Andreas Wijaya, tiga mahasiswa Program Studi Teknik Manufaktur Fakultas Teknik, Universitas Surabaya (Ubaya) mencoba mencari solusi.
"Selain karena jaraknya jauh dari sumber aliran listrik, di daerah terpencil juga sering terjadi pemadaman. Berawal dari tugas mata kuliah dan masalah ini kami mencoba kembangkan rancangan palang pintu. Hasilnya adalah membuat palang pintu otomatis dengan daya angin atau Automatic Railway Gate System (AuraGS)," jelas Yovita pada SURYA.co.id, Selasa (10/1/2017).
Proses penelitian mereka lakukan selama satu tahun terakhir, dengan biaya Kemenristekdikti melalui Hibah Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) periode pendanaan 2016.
Dari hasil penelitian, mereka membuat prototipe sebuah perlintasan kereta api mini sesuai dengan peraturan palang pintu kereta api aslinya.
Bedanya cara kerja palang kereta api AuraGS akan tertutup otomatis ketika kereta api tertangkap sensor yang dipasang sebelum melintasi palang pintu.
"Teknologi ini sebenarnya bukan hal baru, kami hanya mengembangkannya. Ada yang memakai sensor tapi hanya foto sensor. Disini kami menggunakan dua sensor sekaligus yaitu foto sensor dan sensor mekanik. Ini untuk berjaga jika salah satu sensor trouble. Sensor diletakkn jauh sebelum melintasi palang pintu. Saat kereta lewat, sensor akan menangkap gerak kereta api yang melintas untuk menyampaikan pesan otomatis pada palang pintu," terang Yovita lagi.
Antoni melanjutkan sumber daya angin bisa didapatkan dari dua faktor. Pertama angin faktor lingkungan, yang kedua angin saat kereta api melintas.
Angin yang ada akan diolah wind turbin menjadi energi, kemudian menyimpannya dalam aki.
Energinya akan berguna 50 sampai 100 watt setiap palang pintu kereta tertutup dan terbuka.
"Dengan begitu turbin angin (wind turbin) berjalan mandiri atau self charging. Dia akan menangkap dan mengolah angin sebagai energi. Hanya perlu pengecekan aki setiap beberapa bulan sekali," tutupnya.
Melihat antusias mahasiswanya, Sunardi Tjandra, Dosen Pembembing Studi Teknik Manufaktur ikut memberi semangat.
Dirinya mengaku hasil penelitian yang dilakukan muridnya sangat pas jika diterapkan di daerah terpencil.
"Kendalanya bisa pada sensor untuk memberi tahu pada palang pintu agar menutup. Kita harus pilih sensor yang tepat, jadi sensor akan benar-benar bekerja jika kereta yang melintas, bukan hewan, atau benda lain yang kebetulan sedang melintas. Yang jelas harus dikembangkan lagi. Rencananya sensor akan kami buat benar-benar tersembunyi," komentarnya.