Balita yang Tertimpa Dahan Pohon Kelapa Meninggal Dunia
Meisa (2) asal Banjar Dukuh, Bebandem, Karangasem, itu tertimpa pelepah pohon kelapa kering, saat bermain di halaman rumah, Senin (30/1/2017) p
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Ni Putu Meisa, bocah 2 tahun yang dirawat di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali karena tertimpa dahan pohon kelapa menghembuskan nafas terakhirnya pada Jumat (3/1/2017) pukul 02.00 Wita.
Orangtua Meisa, Komang Nengah Darmika (26) kecewa kepada rumah sakit karena mendadak rencana operasi dibatalkan.
Komang Nengah Darmika mengatakan, saat itu pada Kamis (2/1/2017) dirinya menjaga Meisa dari jam 21.00 Wita hingga pukul 24.00 Wita.
Kondisi Meisa masih stabil, bahkan ada interaksi berupa gerakan tangan.
Meskipun Meisa masih dalam kondisi koma.
"Pukul 24.00 Wita saya mengatakan pada istri saya untuk bergantian menjaga Meisa karena saya ingin beristirahat barang 1 jam," ucapnya Jumat (3/2/2017).
Namun, pukul 01.00 Wita, melalui kerabatnya, Darmika diberi tahu kondisi Meisa kritis.
Mendengar kabar tersebut, Darmika bergegas menuju ruang IGD RSUP Sanglah.
Terdapat beberapa perawat yang menangani Meisa dengan memacu jantungnya.
"Saya akhirnya bergegas menuju anak saya, dan hanya melihat perawat memacu jantung Meisa, tanpa melihat dokter," ucapnya.
Setelah perjuangan memacu jantung Meisa tidak berhasil, akhirnya pukul 02.00 Wita, Meisa meninggal dunia.
Di sisi lain dia kecewa rencana operasi pada buah hatinya batal dilakukan.
Pasalnya, saat datang ke RSUP Sanglah Senin malam, Darmika diberi tahu tentang rincian biaya operasi Meisa sebesar Rp 10 juta, belum termasuk sewa alat dan dokter.
"Demi anak saya, saya usahakan berapapun biayanya agar anak saya bisa dioperasi malam itu juga. Dari mulai pembiusan dan hal-hal yang terjadi saat berjalannya operasi saya setujui. Tapi setelah semua deal sampai orang yang mau transfusi darah saya setujui, ternyata gagal operasinya," ucapnya kecewa.
Darmika menyesalkan hal itu, padahal di ruang bedah ada seseorang yang mengatakan operasi sudah siap dilakukan namun akhirnya batal.
"Namanya rumah sakit terbesar se-Bali, pasti pasien yang masuk saat itu bukan hanya anak saya. Mungkinkah saat itu ada orang yang punya uang lebih, makanya bisa ditangani terlebih duluan dengan mengambil jatah operasi anak saya?," tanya Darmika
Sebelumnya, Meisa, bocah perempuan berumur 2 tahun asal Banjar Dukuh, Bebandem, Karangasem, itu tertimpa pelepah pohon kelapa kering, saat bermain di halaman rumah dengan ayahnya, Senin (30/1/2017) pukul 16.00 Wita.
Saat itu Meisa menuju ke ayahnya untuk dibukakan bungkus permen.
Namun nahas, pelepah kelapa itu tiba-tiba menimpa Meisa yang berada tepat di depan ayahnya hingga tak sadarkan diri.
Pihak keluarga langsung membawa Meisa menuju ke RSUD Karangasem dan kemudian di rujuk ke RSUP Sanglah Denpasar.
Layanan Tak Ramah
Paman Meisa yang bernama I Made Gejer (38) mengatakan, saat itu Darmika diberi formulir oleh rumah sakit untuk ditandatangani.
Setelah ditandatangani semua form tersebut, datanglah dokter anastesi.
"Dokter anastesi tersebut menjelaskan dan mengatakan bahwa akan dilakukan operasi dan dibius secepatnya," jelasnya.
Setelah itu Darmika diberi blangko biaya administrasi Rp 10 Juta untuk biaya operasi saja, belum termasuk obat dan kamar.
"Ketika di bagian administrasi saya tanyakan kepada komang, apakah dia bawa uang?, Dia menjawab tidak, lalu saya coba carikan solusi untuk bertanya kepada dokter," ujarnya yang saat itu menemani Darmika mengurus administrasi.
Gejer pun mengatakan kepada dokter tersebut, solusi untuk mendapat keringanan biaya rumah sakit, dikarenakan kondisi keluarga Darmika kurang mampu.
"Saya bertanya, bu mohon maaf, karena ini orang tuanya kurang mampu, bukan kami mencari gratis, kami hanya mencari solusi apakah ada keringanan biaya rumah sakit," ucapnya.
Tapi dokter tersebut malah marah dan memberikan jawaban tak ramah, dan mengatakan "Kalau minta solusi administrasi bukan di sini tempatnya. Saya bilang, saya tidak tahu bu, saya hanya bertanya. Kemudian kita disuruh ke bagian adminsitrasi pendaftaran pertama dan diberikan solusi mengurus BPJS dengan waktu 2 x 24 Jam," ujarnya.
"Namun saat diberikan solusi tersebut, saat itu juga operasi dibatalkan. Dengan alasan kondisi Meisa belum stabil," ucapnya.
Berdalih Karena Kondisi Pasien
Kasubag Humas RSUP Sanglah, dr I Kadek Naryantha, menjawab secara umum terkait bagaimana prosedur tindakan operasi.
Menurutnya, untuk melakukan tindakan berupa operasi kepada pasien perlu melihat kondisi pasien terlebih dahulu, apakah pasien tersebut dalam kondisi memungkinkan dilakukan tindakan atau tidak.
"Kita harus melihat keadaan umum (KU) pasien. Apabila keadaannya lemah, pasien tidak boleh dilakukan tindakan. Karena melihat keadaan umum pasien memerlukan waktu," ucapnya. Dr. Kadek menambahkan, "Mengenai pasien bernama Ni Putu Meisa, nanti akan saya cek dulu untuk mengetahui rekam medisnya," ucapnya singkat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.