Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dekat Tambang Batu Bara, Eks Transmigran Berharap Kejelasan Status yang Mereka Garap

Mereka khawatir aktivitas tambang batu bara mendekati perkebunan karet yang digarap.

Editor: Willem Jonata

Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Mukhtar Wahid

TRIBUNNEWS.COM, PELAIHARI - Sahran (90) hanya seorang diri di rumahnya yang persis berada di areal perkebunan karet. Istrinya sudah lama tiada.

Ia tertatih menuju pintu rumahnya, saat disambangi BPost Group, di Jalan Pauh Desa Batalang, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanahlaut, belum lama ini.

Pintu rumah Sahran itu terbuka setiap pagi hingga sore. Itu karena seorang cucu perempuan dari anak angkatnya setiap pagi tiba dan membantunya menyadap pohon karet di pekarangan rumahnya.

Sahran bertransmigrasi pada 1985. Saat itu usianya masih muda dan bertenaga. Bermodal parang, ia membabat hutan untuk membuat jalan dan berkebun untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

Kini, cucunya yang setiap hari membantu di kebun karet ini. Itu adalah cucu dari anak sepupunya. Tapi sudah dianggap Sahran seperti anak sendiri.

"Setiap pagi hari datang membantu menyadap karet. Kalau sore baru pulang ke rumah suaminya," katanya.

Berita Rekomendasi

Pria paruh baya itu adalah penderita penyakit kusta yang sudah dinyatakan sembuh oleh dokter asal negeri Belanda. Sahran mengaku menderita kusta sejak muda.

Sahran mengaku minder dan dikucilkan di Kabupaten Tapin. Setelah berobat, ia sembuh. Tapi telapak tangan dan kakinya cacat. Kemudian bersama 24 kepala keluarga mendaftar sebagai peserta program transmigrasi.

Sahran adalah penderita kusta yang sembuh. Mata hanya melihat jika jarak dekat. Tapi indra pendengaran tajam dan mengenali suara temannya sesama penderita kusta.

H. Asra adalah tetangga Sahran yang terbilang sukses sebagai warga transmigrasi. Sudah mampu berangkat ibadah haji dan membeli rumah agak mendekati permukiman warga Desa Batalang.

Anak-anak Asra sehat dan sudah bekerja di pertambangan batu bara. Penyakit kusta yang dideritanya terbukti tidak menular.

"Kami ada 24 kepala keluarga dari kabupaten Tapin. Selebihnya dari daerah lainnya di Kalsel, seperti dari Marabahan, Gambut, Pelaihari," ujar H. Asra.

Menurut H Asra, sebelum menjadi perkebunan karet, lokasi itu hanya ilalang dan rumah mereka tinggal sebanyak 50 kepala keluarga. Jika berangkat ke pasar Jorong, pagi hari.

Kembali dari pasar Jorong, mereka terpaksa melepas sendal karena air setinggi dada. Jalan saat itu hanya setapak dan menghubungkan antara rumah.

Selama menempati permukiman, mereka kerap dikunjungi, termasuk kegiatan KKN mahasiswa IAIN Antasari pernah mengabdi. "Terakhir kali kami dikunjungi Bupati Tanahlaut, Adriansyah. Sesudahnya tidak pernah lagi," katanya.

Kini, permukiman itu tak lagi ditempati. Hanya tersisa lima kepala keluarga yang bertahan bersama anak dan cucunya. Penghasilan mereka bergantung dari kebun karet yang mereka tanam.

Pemerintahan Desa Batalang membangun proyek pengerasan jalan dan pembangunan sumur bor di lokasi eks transmigrasi khusus penderita kusta tersebut.

Kepala Desa Batalang, Arsyad mengaku pembangunan sumur bor itu menggunakan mesin genset karena jaringan aliran listrik tidak ada.

"Baru tahun ini kami membangunkan jalan dan sarana air bersih. Itu juga karena ada dana desa. Makanya kain sangat terbantu jika ada wartawan yang melakukan peliputan. Agar warga di sini terbayang instansi yang lebih berkepentingan," katanya.

H Asra mengaku sejak 1985 silam menempati lahan bantuan rumah dan lahan seluas dua hektare, bingung. Itu karena hingga kini belum memiliki legalitas berupa buku tanah sertifikat hak milik (SHM).

Menurut Asra, dirinya pernah mempertanyakan mengapa SHM belum terbit di kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalsel.

Asra mengaku mendapatkan jawaban bahwa selama permukiman itu dihuninya, itulah bukti SHM. Padahal, Asra mengaku lahan mereka sangat berdekatan dengan aktivitas pertambangan batu bara.

"Khawatir saja, kalau aktivitas galian pertambangan batu bara mendekati lahan perkebunan karet milik kami. Sebab, lahan warga yang lainnya sudah tak digarap dan dikunjungi pemiliknya," ujar Asra.

Kepala Desa Batalang, Arsyad mengaku sudah membuatkan surat keterangan kepemilikan lahan atas lahan yang dimiliki warga eks transmigrasi sosial khusus penyandang penyakit kusta.

Tapi, Arsyad berharap instansi yang berwenang segera menerbitkan legalitas surat tanah warga transmigrasi khusus tersebut.

Kepala BPN Tanahlaut, Izhar berjanji akan mengecek keberadaan lahan milik warga transmigrasi sosial di Desa Batalang saat dikonfirmasi usai rapat di Kantor Wakil Bupati Tanahlaut, belum lama ini.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas