Sering Diejek Orangtuanya Miskin, Pelajar SD Nekat Bunuh Temannya
Pelaku terisak saat berada di ruang pemeriksaan Polsek Tanjungkarang Barat. Ia mengaku menyesali perbuatannya.
Penulis: Wakos Reza Gautama
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribun Lampung, Wakos Reza Gautama
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Pembunuhan terhadap siswi sekolah dasar (SD) Anisa Putri Amelia (10) menggegerkan warga Dusun Margorejo, Kurungan Nyawa, Pesawaran.
Yang lebih mengagetkan, tersangka pembunuhan ternyata masih tetangganya sendiri berinisial MK (14).
MK terisak saat berada di ruang pemeriksaan Polsek Tanjungkarang Barat, Sabtu (18/2/2017) siang. Airmatanya mengalir membasahi kain hitam yang menutupi wajahnya. “Saya menyesal pak,” ujarnya saat ditanya alasannya menangis.
“Saya boleh pulang kan pak?” tanyanya ke petugas kepolisian yang mendampinginya.
MK ingin segera pulang agar bisa bertemu orangtuanya. MK tercatat masih duduk di kelas 6 bangku sekolah dasar (SD).
Di usianya sekarang, seharusnya MK sudah menempuh pendidikan di jalur sekolah menengah pertama (SMP). Namun karena dua kali tinggal kelas, MK masih mengenakan seragam putih merah.
Setiap pulang sekolah, MK berjualan aksesoris seperti gelang. Pada Jumat (17/2/2017), MK tidak bersekolah. Ia berniat mencari tebu di kebun dekat rumahnya.
Usai mencari tebu, MK menyambangi rumah Anisa, yang letaknya tak jauh dari rumahnya untuk menumpang buang air kecil. Di situlah MK bertemu Anisa. Anisa sempat menegur MK meminta gelang.
Hubungan MK dengan Anisa ternyata tidak baik. Menurut MK, Anisa sering mengejek orangtuanya. “Dia (Anisa) sering bilang, orangtua saya miskin. Saya sakit hati dan dendam ke dia,” terang MK.
Melihat Anisa, MK terbakar rasa benci. Rasa benci ditambah keinginannya untuk memiliki kalung Anisa membuat MK berniat jahat.
MK kemudian mengajak Anisa ke rumahnya untuk memberikan gelang yang diminta Anisa. Sampai di halaman belakang rumahnya, MK menodongkan pisau ke Anisa.
Menurut MK, Anisa tertusuk pisau secara tidak sengaja karena berontak melihat pisau yang ditodongkan. “Saya tidak menusuknya. Pisau Cuma saya todongkan. Karena dia bergerak, tubuhnya terkena pisau saya,” ucap MK.
Ada empat luka tusukan di tubuh Anisa. Melihat Anisa berdarah, MK panik. Bukannya menolong, MK malah mendorong tubuh Anisa ke dalam jurang yang di bawahnya mengalir sungai. Penasaran timbul di diri MK.
Ia masih bertanya-tanya dalam hati bagaimana kondisi Anisa setelah terjatuh. MK berinisiatif turun ke bawah mengecek kondisi Anisa. “Saya lihat dia masih bergerak. Saya ambil batu saya pukul ke wajahnya tiga kali,” kata MK.
Setelah itu, MK menyeret tubuh Anisa ke atas yang berada di seberang rumahnya. MK meletakkan tubuh Anisa di dalam semak agar tidak ketahuan warga sekitar. Usai melakukan aksinya, MK beraktivitas seperti biasa.
MK pergi ke sebuah sekolah untuk berjualan gelang. Malam harinya, MK pulang ke rumah dan situasi sudah ramai karena Anisa hilang. “Saya sempat ditanya warga mengenai Anisa, saya bilang tidak tahu,” ujarnya.
Aksi MK ini tercium oleh aparat Polsek Tanjungkarang Barat. Polisi mencurigai MK dan menginterogasinya. Awalnya MK tetap tidak mengaku. Namun setelah beberapa menit, MK tidak bisa mengelak. Polisi lalu membawanya ke polsek untuk diminta keterangan.
Kapolsek Tanjungkarang Barat Komisaris Harto Agung Cahyono mengatakan, kasus ini akan dilimpahkan ke Polres Pesawaran. “TKP pembunuhannya di Pesawaran makanya kami limpahkan ke polres setempat,” ujarnya.(*)