Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ahmad Rosali Lubis Merasa Dianggap Kriminal, Begini Jawab Bea Cukai Ngurah Rai

Pernyataan Ahmad Rosali Lubis, Ketua Komite Nasional Rakyat Palestina Bali, sempat menggemparkan dunia unggah-ungguh.

Penulis: I Made Ardhiangga
Editor: Y Gustaman
zoom-in Ahmad Rosali Lubis Merasa Dianggap Kriminal, Begini Jawab Bea Cukai Ngurah Rai
Capture Youtube
Mulai Senin (9/1/2017) hari ini posko terpadu Natal dan Tahun Baru yang berada di Terminal Domestik Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai secara resmi ditutup. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Made Ardhiangga

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Pernyataan Ahmad Rosali Lubis, Ketua Komite Nasional Rakyat Palestina Bali, sempat menggemparkan dunia unggah-ungguh.

Rosali menuding petugas Bea Cukai Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali memperlakukan dirinya di luar batas kewajaran.

Pihak Bea Cuka Bandara Ngurah Rai menegaskan masalah dengan Rosali sudah selesai dan kedua belah pihak sudah saling memaafkan.

"Kami sudah saling memaafkan dan menjelaskan mengenai apa yang dilakukan oleh anggota dan sesuai prosedur," kata Kepala Bea Cukai Ngurah Rai, Budi Harjanto, kepada Tribun Bali, Kamis (23/2/2017).

Tak ada sentimen saat petugas memeriksa Rosali. Apa yang dilakukan petugas memeriksa penumpang tanpa pandang bulu dan sudah sesuai prosedur.

"Kita menyadari bahwa yang bersangkutan (Rosali) lelah. Jadi dengan tindakan prosedural, mungkin kurang berkenan. Intinya adalah peningkatan perlakuan terhadap penumpang yang memang akan kami benahi. Kami pun sudah meminta maaf atas hal ini," jelas Budi.

Berita Rekomendasi

Selanjutnya akan ada pertemuan antara Rosali dengan pihak Bandara Ngurah Rai. Bea Cukai tak ingin kasus ini ditarik-tarik dalam persoalan tidak semestinya.

Apalagi, kata Budi, sampai berujung pada persoalan suku agama ras dan antar golongan (SARA). Karena tidak ada upaya tersebut dari pihaknya.

"Kami menegaskan persoalan ini sudah kami selesaikan dengan Pak Lubis. Sehingga kami mengimbau tidak dibawa-bawa atau diseret-seret ke persoalan yang tidak semestinya. Karena kami sudah saling memaafkan," ia menegaskan.

Di media unggah-ungguh Rosali tidak berkenan dengan perlakuan petugas Bea Cukai Bandara Ngurah Rai karena memeriksanya seperti kepada pelaku kriminal.

Berikut kronologis kejadian tak menyenangkan yang dialami Rosali melalui akun Facebook pribadinya.

Malam ini 21 Februari 2017 saya bersama istri tiba di Bandara Ngurah Rai pukul 19.30 Wita dari Kuala Lumpur.

Awalnya semua berjalan normal, ini bukan kali pertama saya keluar negeri. Namun hari ini saya mengalami sebuah kejadian yang sangat tidak nyaman oleh pengawai bea cukai.

Saat baru saja akan keluar, tiba tiba saya diminta kembali untuk memasukkan barang bawaan saya melalui mesin x-ray. Ok sampai di sini saya belum curiga akan terjadi apa apa.

Setelah melewati pemeriksaan barang-barang, ada seorang pegawai bea cukai dengan wajah ditutup masker memanggil saya dengan suara yang ketus dan seperti menghardik, sorot matanya seperti penuh kebencian.

Dia minta saya meletakkan semua barang-barang saya, kemudian dia mengeluarkan satu per satu semua barang-barang bawan saya.

Dengan tidak ada sopan santun, tidak ada kata permisi dan minta maaf, semua isi tas dikeluarkan, sampai semua habis , hingga maaf pakaian dalam semua juga dia bongkar.

Yang membuat saya sangat tidak nyaman, adalah dengan cara dia bertanya, intonasi suara dan seperti menginterogasi seorang penjahat saja.

Banyak sekali pertanyaannya, sampai hal-hal privasi saya dia tanyakan. Dengan cara yang sangat sangat tidak nyaman.

Setelah tas kosong, kemudian tas kembali di lewatkan di x-ray. Saya kira sudah selesai sampai di sana.

Saya tanya ada apa ?

Kenapa saya dan istri di perlakukan seperti ini?

Dia tidak mau menjawab. Dia hanya bilang ada dasar hukumnya.

Jawaban macam apa ini?

Saya kejar, ya saya di curigai apa? Dia bilang ini pemeriksaan random?

"Ah mengada-ada," kata saya.

Setelah itu dia menyuruh saya masuk ke dalam ruangan kecil.

Saya tanya lagi untuk apa bukankah semua barang sudah diperiksa?

Kata dia di dalam ruangan akan dia jelaskan apa alasan kenapa saya diperiksa.

Benar-benar saya semakin tidak nyaman. Seperti saya ini seorang pelaku kriminal saja.

Sampai di dalam ruangan kecil itu. Saya tanya katanya mau menjelaskan apa alasan saya diperlakukan seperti ini. Dia tidak menjawab. Dia hanya bilang nanti saya jelaskan.

Dengan sangat tidak sopan dia meminta saya melepas semua pakaian saya. Sorot mata dan ucapannya benar-benar membuat saya hampir kehabisan kesabaran. Saya ingin sekali memukul wajahnya.

Ya saya betul-betul telanjang, tidak berpakaian. Saya tidak percaya peristiwa ini. Ya saya hanya berusaha kooperatif. Semua pakaian saya, diperiksa, bahkan bagian bagian tubuh saya ditekan tekan. Tanpa permisi, tanpa minta maaf. Benar-benar ini keterlaluan buat saya
dan tetap saja tidak ada penjelasan untuk apa semua ini mereka lakukan.

Terahir saya tanya lagi, dan menagih dia untuk menjelaskan. Namun apa jawabannya?

Dia hanya bilang saya akan bikinkan berita acara pemeriksaannya. Ah. Saya hanya beristigfar saja.

Surat dia buat, tetap tidak ada penjelasan apapun di surat yang saya bacaa, hanya surat tentang telah dilakukan pemeriksaan dengan hasil CLEAR.

Setelah selesai, diberi saya salinan suratnya, tanpa ada permintaan maaf keluar dari lisannya yang telah menghancurkan privasi saya. Dengan hati yang sangat tidak nyaman saya meninggalkan bandara.

Saya baca di surat itu ternyata nama pengawai tersebut adalah DEVO RADIKA TRIJAYA.

Saya berharap kepada siapa pun yang membaca tulisan ini, bisa meneruskan. Semoga ada pimpinan BEA CUKAI agar bisa membina pengawainya agar tidak bersikap seenaknya, paling tidak kalau memang mau melaksanakan tugas, tetap ada sopan santun.

Meski anda curiga saya ini seorang penjahat sekali pun, rasanya tidak seharusnya memperlakukan manusia dengan cara seperti ini.

Semoga sahabat lain tidak ada lagi yang mengalami seperti apa yang terjadi pada saya.

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas