Petani Takut ke Kebun Sawit, Diperkirakan Masih Ada Lima Ular Piton
Dia memperkirakan, ular piton maut itu hampir saja masuk ke perkampungan warga mencari mangsa.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan TribunSulbar.com, Nurhadi
TRIBUNNEWS.COM, MAMUJU TENGAH - Runtut kisah Akbar Bin Ramli (25) tewas ditelan ular piton raksasa masih menjadi pusat perhatian.
Namun, ada lagi gejala ancaman piton ganas di kawasan Akbar tewas, kebun kelapa sawit, Dusun Pangerang, Desa Salubiro, Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulbar.
Sumber Tribunsulbar.com mengatakan, Kamis (30/3/2017), petani sawit setempat melihat seekor ular piton raksasa mengintai mangsa.
Piton itu memburu hewan ternak warga, ayam.
"Saya lihat di jalan masuk lokasi Akbar ditelan ular, mau makan ayam cuma tidak berhasil," kata sumber Tribunsulbar.com tersebut saat ditemui di Salubiro, kemarin.
Jamak diketahui petani sawit Salubiro, konon daerah tersebut sarang piton raksasa tujuh bersaudara. Dua terbunuh, termasuk piton yang menelan Akbar.
"Itu piton tujuh bersaudara, ini mungkin temannya," katanya.
Ayah almarhum Akbar, Muhammad Ramli (50), tidak kaget mendengar ular piton memburu mangsa ayam. Dia tahu saban tahun Salubiro, khususnya, sarang piton.
Ramli meminta pemerintah turun tangan atas kejadian yang menimpa putra sulungnya itu.
"Kami berharap, ada upaya dari pemerintah atas kejadian ini," katanya kepada Tribunsulbar.com di kediaman duka, Salubiro, kemarin.
"Kalau memang tidak ada bantuan secara materi, setidaknya Pemerintah Daerah ada upaya mengimbau warga membersihkan kebunnya," Ramli menambahkan.
Menurutnya, membiarkan kebun sawit semrawut sama saja memelihara ular buas.
"Apalagi kita tahu, memang dari dulu di sini banyak ular piton," ujarnya.
Pemerintah Cuek
Ramli juga sudah tahu, jika pemberintaan tribun-timur.com tentang anaknya, juga menjadi perhatian media asing.
Baca: Paman Akbar Ternyata Sering Membunuh Ular di Kawasan Perkebunan Sawit
Tetapi, dia menyayangkan pemerintah setempat, Pemerintah Kabupaten Mamuju Tengah, seolah tak tahu.
"Pemerintah di sini kayak jalan sendiri-sendiri, buktinya ini kejadian sudah diberitakan di mana-mana, tapi belum satu pun yang datang melihat lokasi kejadian ini," katanya.
Senada Ramli, tetangganya bernama Abidin, juga menilai pemerintah cuek.
"Jangankan datang di sini, ungkapan belasungkawa pun tidak ada," kata petani sawit tersebut.
Petani Takut
Ular piton raksasa yang menelan Akbar diakui jenis piton ganas.
"Ganas memang ini ular,” kata Abidin kepada Tribunsulbar.com di lokasi kejadian, kebun sawit Akbar, Dusun Pangerang, Desa Salubiro, Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Kamis (30/3/2017).
Abidin salah satu di antara puluhan warga yang terlibat melumpuhkan ular pemangsa Akbar, Senin (27/3/2017) malam.
"Karena (ular piton itu) kayak hitam kecoklatan, tidak seperti piton yang sebelumnya ditemukan," tutur Abidin menjelaskan alasan ular tersebut ganas.
Abidin, paman almarhum Akbar yaitu Adhan Andi Sirajuddin (45), dan Abdul Rahim (kakak ipar Akbar) menemani reporter Tribunsulbar Nurhadi ke lokasi kejadian.
Petani sawit ini juga sering mendapati ular piton di kawasan tersebut.
"Saya pernah juga dapat ular yang memangsa babi, biar (ular piton itu) diinjak kepalanya, tidak goyang, tapi ini yang menelan Akbar, melawan waktu mau dilumpuhkan," cerita Abidin.
Baca: Firasat Keluarga Sebelum Akbar Ditelan Piton, Tak Bawa Hp dan Motor, Mondar-mandir Tak Bicara
Dia memperkirakan, ular piton maut itu hampir saja masuk ke perkampungan warga mencari mangsa.
"Karena ular tersebut merupakan jenis ular pemangsa yang ganas, memiliki ciri hitam kecokelatan," katanya.
Ular itu juga, kata Abidin, cukup kebal senjata tajam.
"Lebih sepuluh kali kami tombak, belum dimakan (tidak mati)," ujarnya.
Warga haru berpuluh-puluh kali menyerang ular dengan senjata tajam baru lumpuh, mati.
Kerap Dililit Piton
Abidin menceritakan pula, warga daerah Desa Salubiro, terutama pekebun sawit, kerap dililit ular piton.
"Tapi tidak sampai ada yang ditelan," katanya.
Abdul Rahim mengatakan, kemungkinan ular pemangsa Akbar marasa terganggu.
"Karena ekor ular tersebut sudah hilang (terpotong), diperkirakan sekitar 20 sentimeter," kata Abdul Rahim kepada Tribunsulbar.com.
Menurut Adhan Andi Sirajuddin, ada tujuh ular piton raksasa di perkebunan sawit Salubiro yang warga ketahui.
"Ada tujuh ekor ular piton besar yang menyebar, dan baru dua yang berhasil dibunuh, termasuk yang menelan Akbar," katanya.
Artinya, jika jumlah demikian pasti, tersisa lima piton raksasa yang bersarang di Salubiro.
"Di sini memang banyak, pernah juga sebelumnya kita bunuh, saat melakukan pembukaan lahan sawit,” kata Adhan.
Menurut Adhan, pada tahun 1983, petani sawit Salubiro menemukan piton raksasa yang sudah tidak bisa bergerak, masih hidup.
"Saat itu masih kebun cokelat, belum ada sawit, ditemukan ular piton, saking besarnya, tidak bisa goyang dan sudah dikelilingi rumput," cerita Adhan.
Dua petani sawit ketika itu, Ambo Anang dan Ba'du Aman, yang menemukan.
Baca: Suara Terakhir Akbar yang Didengar Warga Sebelum Hilang Ditelan Ular Piton
"Saat itu, keduanya hendak meruncingkan kayu dan menjadikan ular itu sebagai landasan (dikira batang kayu tempat bertumpu), barulah diketahui kalau itu ternyata ular, saat keluar darah, ular luka (terkena parang)," tutur Adhan.
Kini warga Salubiro dihantui ancaman ular piton.
Petani, kata Adhan, takut ke kebun setelah melihat nasib tragis Akbar.
"Sekarang warga di sini takut pergi di kebun. Tidak ada juga upaya warga sekitar mau lakukan operasi karena takut," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.