Lima Hari Pasca Penyergapan Teroris di Tuban, Pemilik Kebun Jagung Ini Masih Ketakutan
Wajah Marsutik pucat padam saat berada di dalam kantor Kepolisan Resor (Polres) Tuban, Rabu (12/4/2017).
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, TUBAN - Wajah Marsutik pucat padam saat berada di dalam kantor Kepolisan Resor (Polres) Tuban, Rabu (12/4/2017).
Warga Desa Suwalan, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban ini sengaja dipanggil karena jasanya telah memberi informasi ke polisi dan anggota TNI terkait adanya para pelaku yang bersembunyi di kebun jagung miliknya itu.
Saat dijemput oleh Kepala Desa Suwalan, Sukirman, Marsutik tak dapat berkata apa-apa.
Dia terlihat masih trauma pasca peristiwa baku tembak saat penyergapan terduga teroris yang berlangsung di kampungnya, Sabtu (8/4/2017) silam.
Marsutik mengunci rapat-rapat informasi yang ia ketahui saat melihat para pelaku bersembunyi di lahan jagung miliknya. Bahkan, dia enggan berbicara dengan awak media terkait peristiwa yang dialaminya itu.
“Bu Marsutik ini masih merasa ketakutan untuk membuka informasi ke muka umum. Maka dari itu ia diam dan wajanya pucat,” kata Kepala Desa Suwalan, Sukirman kepada SURYA.
Sukirman menjelaskan ketakutan Marsutik ini bukan tanpa sebab. Menurutnya, rasa takut dan kecamasan ia bertambah besar saat para tetangga menakuti-nakutinya.
“Para tertangga di rumahnya bilang awas lho nanti teman teroris yang di tembak mati itu bakal mencari kamu (Marsutik, Red). Tapi sudah saya datangi dan mencoba untuk menenangkannya,” ungkapnya.
Menurut dia, perasaan was-was yang dirasakan oleh Marsutik itu lumrah, karena baru pertama kali ini desingan suara peluru bikin geger desa itu.
Namun pihaknya berupaya untuk menyakinkannya dan mengimbau warganya agar menyikapi persoalan secara baik dan memandang dari sisi yang positif.
“Kalau warga masih takut itu ya wajar saja. Tapi sudah kami beri arahan dan imbauan agar tidak khawatir pasca penangkapan terduga teroris kemarin lalu,” imbuhnya.
Fakta di lapangan, sebagian warga masih dirundung kecemasan dan ketakutan pasca lima hari peristiwa penyergapan enam pelaku terduga teroris yang di tembak itu.
Imbas dari kejadian itu ada sejumlah warga yang merasa takut saat beraktivitas di dekat lokasi baku tembak.
Seorang ibu rumah tangga warga setempat menuturkan gara-gara hal itu ada orang yang tidak berani beraktifitas di malam hari. Bahkan, mereka tidak berani melintas di dekat tempat penyergapan terduga teroris.
“Ya sampai sekarang masih takut. Malah sekarang warga tidak berani beraktifitas di luar rumah di waktu malam,” ujar seorang wanita yang namanya tidak mau disebut karena takut.
Terpisah, Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin mengatakan untuk mengantisipasi serangan terduga teroris yang mengancam anggota POLRI di Jawa Timur pihaknya akan meningkatkan kewaspadaan dalam kondisi apapun. Menurutnya, untuk mengantisipi kejadian yang tidak diinginkan pihaknya menyarankan bagi anggota polisi apabila melakukan patroli jangan sampai sendirian.
“Kalau bisa kalau sedang partoli pakai rompi anti peluru. Kalau tidak ada nanti Kapolres mengusahakannya,” terang Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin di sela-sela kunjungan kerja di Polres Tuban.
Disinggung soal pengamanan area perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah terhadap antisipasi aksi radikal terorisme ini polisi kelahiran Ketintang Surabaya ini menjelaskan pihaknya akan sedikit meningkatkan penjagaan di sekitar wilayah perbatasan.
“Nanti diminta untuk jajaran Polsek dan Polres meningkatkan operasi rutin untuk menambah kewaspadaan,” ucapnya.
Sedangkan, Bupati Tuban Fathul Huda mengimbau meski kondisi keamanan di wilayah Tuban kondusif seluruh warga diminta untuk bersikap waspada. Sebab, aksi terorisme bisa saja datang sewaktu-sewaktu.
“Untuk warga harus memahami preventif tentang radikalisme. Itu semua karena kedangkalan tentang pemahaman agama,” pungkasnya.
Menurut dia, warga di sekitar lokasi sudah tidak ada yang trauma dengan kejadian aksi terorisme di Tuban ini.
“Apa masih ada yang trauma. Sepertinya sudah tidak ada,” tandasnya