36 Warga Eks Lokalisasi Dolly Mengidap HIV
Tingginya jumlah pengidap HIV di eks lokalisasi Dolly menurutnya terkait erat dengan aktifitas prostitusi di lokalisasi Dolly.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Meski sudah ditutup tiga tahun lalu, lokalisasi Dolly Surabaya masih meninggalkan bekas. Di kawasan eks lokalisasi Dolly, saat ini masih ada 36 warga yang mengidap virus HIV.
Menurut hasil pendataan pada 2016 oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya, jumlah itu menurun drastis dari tiga tahun terakhir sejak lokalisasi Dolly ditutup pada 2014.
"Saat itu, ada 110 penduduk di kawasan tersebut yang positif HIV, termasuk para PSK," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rahmanita, Kamis (4/5/2017).
Selain dari hasil pemeriksaan di Puskesmas setempat, data pengidap HIV di eks lokalisasi itu juga dari hasil razia di rumah kost dan tempat-tempat lainnya di sekitar lokalisasi Dolly Surabaya.
"Selain bekas PSK, juga ada ibu rumah tangga, karyawan, buruh kasar," ujarnya.
Tingginya jumlah pengidap HIV di eks lokalisasi Dolly menurutnya terkait erat dengan aktifitas prostitusi di lokalisasi Dolly.
Penurunan jumlah pengidap HIV, lanjut dia, juga terjadi di sejumlah kawasan bekas lokalisasi seperi eks lokalisasi Sememi yang dulunya 57 orang, kini menjadi 5 orang, lalu eks lokalisasi Dupak Bangunsari dari 68 orang menjadi 4 orang.
Secara umum, 2 tahun terakhir, jumlah pengidap HIV di Surabaya terus turun. Dari 935 pengidap pada 2014, turun menjadi 933 orang pada 2015 dan kembali turun pada 2016 menjadi 923 orang.
"Kami terus melakukan monitoring di kawasan eks lokalisasi, serta meningkatkan pemahaman kepada warga agar tidak ada stigma negatif dan diskriminasi terhadap pengidap HIV,” tuturnya.
Dalam hal penanganan, di Surabaya juga sudah ada sembilan rumah sakit untuk melakukan pengobatan pengidap HIV, yakni RSUD Soewandhie, RSUD Bakti Darma Husada (BDH), RSAL Rumah Sakit Bhayangkara dan RS Unair. Serta ada tujuh Puskesmas yakni Putat, Perak Timur, Sememi, Dupak, Jagir, Kedurus dan Kedung Doro.