Mengenal Penjaga Sabuk Hijau Pesisir Pantura Brebes
Kabupaten Rembang memiliki seorang kakek yang dijuluki profesor mangrove. Di Brebes ada seorang pria berjuluk penyelamat mangrove.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Mamdukh Adi Priyanto
TRIBUNNEWS.COM, BREBES - Seorang kakek 40 tahun lebih menanam dan merawat mangrove atau bakau di pesisir Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Orang-orang menyebutnya Kakek Suyadi (77). Ia mendapat julukan 'Profesor Mangrove' lantaran menguasai seluk beluk mangrove dari teori hingga praktik baik pembibitan dan perawatan.
Ilmunya 'laris' menjadi rujukan mahasiswa yang ingin belajar soal mangrove. Asal tahu saja Kakek Suyadi hanya bersekolah sampai setaraf SMP.
Sama-sama berjuang menanam mangrove untuk mencegah abrasi, di Brebes ada penyelamat lingkungan bernama Mashadi (46).
Warga Desa Pagejugan, Kecamatan Brebes, Brebes, itu sudah 12 tahun terakhir menanam dan merawat mangrove di pesisi laut pantai utara Jawa tengah, tepatnya di Desa Kaliwlingi, Brebes.
Usahanya itu diganjar penghargaan tertinggi di bidang pelestarian lingkungan hidup. Ia meraih penghargaan Kalpataru yang diberikan Presiden Joko Widodo pada 2015 lalu.
Seperti halnya Kakek Suyadi sang profesor mangrove asal Rembang, Mashadi juga punya julukan sebagai penyelamat mangrove dari Brebes.
Mashadi menginjakkan kaki di pesisir pantura Brebes pada 1995 dengan rasa prihatin. Ribuan hektare tambak warga sekitar hilang diterjang abrasi.
Hasil budidaya udang windu pun turun drastis. Perekonomian warga goyang khususnya mereka yang bergantung pada budidaya udang.
Pada 2000, kondisi abrasi semakin parah dan sejumlah rumah warga sudah tergenang air laut. Mashadi mulai mengajak masyarakat sadar atas kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggal dan lahan nafkah mereka.
Baru pada 2005, sejumlah warga menerima ajakan Mashadi untuk menyelematkan tanaman garda terdepan dari daratan pantura Brebes itu.
"Awalnya memang susah mengajak dan meyakinkan warga bahwa menanam mangrove sangat berguna bagi kehidupan mereka beberapa tahun mendatang," kata Mashadi.
Beruntung, masih ada segelitir orang yang mau mendengarkannya dan bersedia bergabung. Kini sudah banyak warga mau berjuang.