Buang Air ke Laut, Lingga Kehilangan Pendapatan Rp 2,4 Triliun
Berdasarkan hasil perhitungan jarak yang dilakukannya, panjang pipa yang dibutuhkan untuk menyalurkan air minum dari Lingga ke Batam
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BATAM – Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (Kepri) kehilangan pendapatan dari sumber daya air terjun Jelutung, Desa Mentuda, Kecamatan Lingga mencapai Rp 2,4 triliun per tahun. Angka ini diperoleh dari perhitungan jumlah debit air terjun Jelutung yang mencapai 6.000 liter per detik terbuang ke laut.
Demikian diungkapkan Bupati Lingga, Alias Wello, usai mengikuti Forum Group Discussion (FGD) dengan tema “Menggali Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya Air Kabupaten Lingga di Hotel Harmoni, Nagoya, Batam, Sabtu (13/5/2017).
“Ini fakta yang sangat mencengangkan. Kita kehilangan potensi pendapatan sekitar Rp 2,4 triliun per tahun. Ini baru satu air terjun, kita belum hitung lagi 12 lainnya. Anda bisa hitung sendiri, debit air terjun Jelutung mencapai 6.000 liter per detik. Sementara harga penjulan air minum sekitar Rp 13 ribu per meter kubik,” kata Alias.
Pakar air dari Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dr. Ir. Arie Herlambang mengakui, kualitas dan mutu air terjun Jelutung di Pulau Lingga terbaik dari beberapa sumber air baku yang pernah ditemuinya di berbagai daerah di Indonesia.
“Kebetulan, saya turun langsung ke lokasi memeriksa kualitas airnya. Total Dissolved Solid (TDS) air terjun Jelutung ini hanya tiga. Mutu dan kualitasnya jauh lebih baik dari sumber air pegunungan Slamet dan Bogor yang mencapai angka 10 dan 40. Air terjun Jelutung ini sudah bisa langsung diminum, tanpa perlu pengolahan lagi,” bebernya.
Sementara itu, ahli perpipaan bawah laut, Alex Agung Mardwiyanto, memberi apresiasi atas gagasan Bupati Lingga, Alias Wello untuk menyalurkan air minum dari Lingga ke Batam dan sekitarnya melalui sistem pipanisasi bawah laut.
“Saya salut dan apresiasi atas gagasan besar yang diusung pak Bupati. Tidak ada yang mustahil sepanjang kita ada kemauan dan usaha yang sungguh – sungguh untuk mewujudkannya. Menyalurkan gas dari Natuna ke Singapura jauh lebih sulit ketimbang menyalurkan air minum dari Lingga ke Batam,” katanya.
Alex mengatakan, berdasarkan hasil perhitungan jarak yang dilakukannya, panjang pipa yang dibutuhkan untuk menyalurkan air minum dari Lingga ke Batam mencapai 120 kilometer. Ia memperkirakan, total biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan pipa bawah laut sepanjang 120 kilometer mencapai angka sekitar Rp500 miliar.
“Pada prinsipnya Kementerian PUPR siap mendukung gagasan ini. Mari kita bersinergi dan berbagi peran masing – masing untuk mewujudkannya. Batam kekurangan air baku sekitar 1.100 liter per detik dan Bintan kekurangan sekitar 900 liter per detik,” tambah Kasubdit Air Tanah dan Air Baku Wilayah Barat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Alexander Leda, ST, MT.
Hadir sebagai narasumber dalam FGD tersebut, antara lain, Ahli Perencanaan Wilayah dan Daerah Berbasis Sumber Daya Alam Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Ir. Arif Kusumawanto, MT, IAI, Pakar Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumber Daya Air UGM, Dr. Ir. Alva Edy Tontowi, M.Sc.