Menyibak Sejarah Panjang Masjid Baiturrahman di Banda Aceh
Masjid Baiturrahman beberapa kali direnovasi dan diperluas. Terjadi sejak era kolonial hingga saat ini.
Editor: Willem Jonata
Laporan wartawan Serambi Indonesia, Hari Mahardhika dan Ra Karamullah
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Masjid Raya Baiturrahman yang berada di jantung Kota Banda Aceh adalah salah satu dari beberapa masjid legendaris di dunia yang memiliki sejarah panjang.
Masjid ini telah melewati tahapan Perang Dunia II serta bencana paling dahsyat di abad moderen, tsunami 26 Desember 2004.
Dikutip dari berbagai sumber, Masjid Raya Baiturrahman dibangun oleh Sultan Iskandar Muda Meukuta Alam pada tahun 1022 H/1612 M.
Masjid ini dibakar oleh tentara Belanda di Bulan Shafar 1290 Hijriah/10 April 1873 M.
Lima tahun berselang atau tahun 1879, Pemerintah Kolonial Belanda membangun kembali masjid ini. Selesai dibangun pada tahun 1882 dengan hanya memiliki satu kubah.
Pada era kolonial hingga awal-awal kemerdekaan, Masjid Raya Baiturrahman pernah beberapa kali mengalami renovasi dan perluasan hingga kemudian memiliki lima kubah dengan dua menara.
Pada 1991-1993, di bawah kepemimpinan Gubernur Dr. Ibrahim Hasan Masjid Raya Baiturrahman kembali mengalami perluasan.
Perluasan meliputi halaman depan dan belakang serta areal tempat shalat (bagian dalam masjid) dengan segala fasilitas, seperti perpustakaan, ruang tamu, ruang perkantoran, aula, dan tempat wudu.
Dengan perluasan tersebut, Masjid Raya Baiturrahman memiliki tujuh kubah, empat menara, dan satu menara induk.
Masjid ini pernah menjadi lokasi berkumpulnya rakyat Aceh menuntut referendum, 8 November 1999.
Selain itu, pernah juga dijadikan lokasi pengungsian warga saat banjir besar melanda Banda Aceh tahun 2000. Termasuk saat Aceh dilanda gempa dan tsunami, 26 Desember 2004.
Di Masjid ini pula, rakyat Aceh menyaksikan penandatanganan MoU Damai Helsinki, melalui layar lebar, 15 Agustus 2005.
Kini, pada masa Pemerintahan Aceh di bawah pimpinan Gubernur Zaini Abdullah, Masjid kebanggaan rakyat Aceh ini kembali mengalami perluasan.
Proyek pembangunan landscape dan infrastruktur yang dimulai sejak 28 Juli 2015, diresmikan pemakaiannya oleh Wakil Presiden M Jusuf Kalla, Sabtu, 13 Mei 2017.
Suasana seperti Masjid Nabawi di Madinah coba dihadirkan dengan membangun 12 unit payung elektrik, basement untuk tempat wudu dan parkir kenderaan roda 2 dan roda 4, serta perbaikan beberapa interior bangunan.
Harapannya, kompleks Masjid ini akan menjadi pusat beragam aktivitas yang mendukung fungsi masjid sebagai sentral kegiatan masyarakat Aceh.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.