Ini Tanggapan Filolog dan Arkeolog Atas Klaim Majapahit Sebagai Kerajaan Islam
Sebuah hasil kajian yang menyimpulkan Kerajaan Majapahit merupakan Kesultanan Islam dipertanyakan oleh arkeolog senior dan ahli naskah kuno
Editor: Sugiyarto
Karena itulah, demikian Mundardjito, temuan sejarah baru harus memiliki bukti yang sahih, relevan, serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Apa tanggapan penulis buku?
Hari Minggu (18/6/2017), BBC Indonesia telah menghubungi penulis buku tersebut, Herman Sinung Janutama, melalui laman Facebooknya, tetapi belum ditanggapi.
Buku Majapahit, Kerajaan Islam: Fakta Mengejutkan (2010) disusun dan diterbitkan Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah, Kota Yogyakarta.
Namun demikian, dalam wawancara dengan Tirto.id (Minggu, 18/6/2017), Herman secara garis besar mengatakan bahwa kesimpulan Majapahit adalah Kerajaan Islam didasarkan riset pada cerita lisan dan rujukan pada manuskrip kuno.
"Bagi orang Jawa yang masih menjalankan tradisi, Majapahit tidak pernah bukan Islam," katanya kepada Tirto.id.
Dia juga menyebut bahwa bukunya didasarkan kritik metodologi terhadap studi sejarah mainstream atau arus utama, yaitu dengan merambah manuskrip yang jarang menjadi referensi kajian soal Majapahit.
Herman kemudian mengaku dirinya menerapkan cara pandang berbeda dari para filolog dan sejarawan modern dalam pembacaan manuskrip Jawa.
Tentang sosok Gadjah Mada, Herman mengklaim bahwa sang Maha Patih Majapahit adalah penganut Islam, dengan berdasarkan catatan silsilahnya.
Namun demikian, dalam komentarnya yang dikutip laman Facebook milik Wakil Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta, Ashad Kusuma Djaya, sang penulis mengaku dirinya tidak pernah menyebut Gadjah Mada dengan sebutan Gaj Ahmada.
Kepada Tirto.id, Ketua Tim Kajian Kesultanan Majapahit, Ryanto Tri Nugroho, juga mengatakan pihaknya mengklaim memiliki dasar kuat walau metode riset dan kesimpulannya berkebalikan dengan studi sejarah dan antropologi mainstream.
Kritikan dari ahli naskah kuno
Dihubungi secara terpisah, ahli filologi atau naskah kuno dari Universitas Gadjah Mada, Irawan Djoko Nugroho, mengatakan sejak awal mengkritik kehadiran buku karya Herman Sinung Janutama tersebut.
Irawan menyebut bahwa Herman menggunakan data Jawa baru untuk melihat sejarah Jawa kuno.
"Kalau data Jawa kuno, kita orientasinya ke sumber Pararaton, Negara Kertagama, kemudian prasasti-prasasti. Nah, ketiga data tersebut menunjukkan bahwa Majapahit itu Hindu, bukan Islam," kata Irawan kepada BBC Indonesia.