Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Haji Sangkala, Didik Anak Yatim Piatu Hingga Sukses

Bagi Haji Sangkala (64), melihat anak-anak dapat berkumpul dan beribadah bersama sudah menjadi kebahagian yang luar biasa

Penulis: Fahrizal Syam
Editor: Sugiyarto
zoom-in Kisah Haji Sangkala, Didik Anak Yatim Piatu Hingga Sukses
Tribun Timur/ Fahrizal Syam
Haji Sangkala (64) bersama anak-anak asuhannya 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam

TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Bagi Haji Sangkala (64), melihat anak-anak dapat berkumpul dan beribadah bersama sudah menjadi kebahagian yang luar biasa untuknya. Apalagi jika anak-anak itu kelak dapat menjadi orang sukses.

Hal itulah yang mendorongnya untuk membangun panti asuhan di Jl Andi Tonro IV, Lr 4 No 10, Makassar.

Di panti asuhan yang ia namai Panti Asuhan Usamah tersebut, H Sangkala bersama istrinya Hk Jusnih mendidik 52 orang anak yatim piatu.

Saat ditemui, H Sangkala menceritakan bagaimana panti asuhan yang ia dirikan sejak tahun 1996 itu mampu menghasilkan anak-anak yang sukses. Ia mengatakan ada beberapa anak didiknya yang telah sukses.

"Ada yang sudah jadi Dosen, perawat, Kepala Puskesmas di Mamuju, empat orang jadi guru di Flores, ada juga yang sudah jadi Bidan," tutur pria yang semasa mudanya berprofesi sebagai guru sekolah ini.

Panti Asuhan Usamah awalnya didirikan H Sangkala karena ia merasa kasihan dengan beberapa anak yatim asal Flores yang ditolak oleh panti asuhan dengan alasan sudah tak muat.

Berita Rekomendasi

"Awalnya saya itu disuruh bina Panti Asuhan Al Khaerat. Panti itu mengambil 70 orang anak dari Timor-Timur karena saat itu krisis moneter. TapiAda beberapa anak ditolak karena full, lalu saya bawa ke sini," ujarnya.

Sangkala dan istri kemudian membuka panti asuhan sederhana di sebuah rumah panggung. Anak-anak yang ditolak itu kemudian ia rawat di panti asuhan yang kelak dinamai Ussamah itu.

Seiring waktu, panti Usamah terus berkembang, anak-anak yatim piatu berdatangan dari berbagai daerah, termasuk juga beberapa anak-anak terlantar di sekitar panti asuhannya yang memilih tinggal di panti Ussamah.

"Jadi mereka mulai berdatangan dari berbagai daerah. Lalu tahun 2001 didesak oleh pemerintah untuk utus izin, dan hingga saat ini saya kelola sesuai kemampuan saya," kata dia.

Sangkala juga menceritakan, bagaimana panti asuhan yang awalnya hanya terbuat dari rumah panggung, kini dapat berdiri dengan tiga lantai di Jl Andi Tonro IV.

Ia membangunnya bermodal tiga unit petepete miliknya yang ia jual.

"Awalnya ini rumah panggung, kebetulan saya waktu itu juga punya tiga petepete jadi saya jual, ditambah hasil kebun cengkeh di Bulukumba, kemudian dipakailah membangun panti asuhan ini, termasuk untuk makan kami," tuturnya.

Menjual tuga angkot miliknya jadi keputusannya, karena panti asuhan Ussamah tidak memiliki donator tetap dan, dia juga pantang memyebar proposal apalagi harus melibatkan anak-anak panti asuhan untuk mencari dana.

Bapak empat anak ini mengatakan anak-anak asuh yang pernah bersamanya dan kini telah suksea iitulah yang juga sesekali mengalirkan bantuan baik berupa uang tunai maupun bahan-bahan pokok.

"Mereka yang pernah tinggal di sini dan telah sukses kadang beri bantuan ke kami," ucapnya.

Menurutnya, menghidupi keluarga dan anak-anak panti yang pernah hampir berjumlah 100 orang itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit tapi dia yakin rezeki itu selalu ada.

Ia pun selalu menanamkan kepada anak-anak, meski yatim piatu tetap harus kuat. Para anak panti juga dalam kesehariannya diisi dengan pelajaran agama.

"Dalam mendidik saya utamakan ibadahnya anak-anak seperti salat Dhuha, salat lail, puasa Senin Kamis. Saya ajarkan anak-anak terbiasa hidup susah. Tapi sekolah dan ibadah tidak boleh dilupakan," kenang Haji Sangkala.

"Saya selalu ajarkan, anak-anak harus ibadah dan doa diperbaiki, karena usaha dan doa adalah senjata orang beriman. Saya ajarkan mereka menderita, seperti pepatah berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian," pungkasnya.

Puluhan tahun membangun panti dan mendidik anak yatim piatu, berbagai suka dan duka telah dirasakan oleh Haji Sangkala dan istrinya, namun yang paling membuatnya senang jika anak-anak panyinya dapat tumbuh dan sukses.

"Dukanya kalau anak-anak lagi nakal dan susah diatur, tapi kita suka kalau mereka berkumpul bersama termasuk melihat mereka sukses," imbuhnya. (*)

Sumber: Tribun Timur
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas