Jelang Yadnya Kasada, Ribuan Warga Antre Ambil Air Suci di Gua Widodaren di Pegunungan Tengger
Ribuan warga dari sejumlah daerah di Jawa Timur rela antre untuk mengambil air suci di Goa Widodaren, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Editor: Sugiyarto
Medan yang dilalui pun tidak mudah. Karena, kanan kiri jalan setapak itu adalah jurang. Bahkan, 100 meter sebelum sampai ke titik goa, jalannya semakin menyempit.
Tak hanya itu, jalanannya sangat licin dan mepet dengan tebing. Jalanannya berlumpur. Jika tidak hati - hati, siapapun bisa terpeleset dan masuk ke dalam jurang. Tidak ada pembatas jalan, atau pegangan satupun di jalan setapak ini.
Kondisi semakin berat, saat warga yang harus membawa sesaji anak kambing, dan ayam. Mereka harus menggendongnya sampai puncak gua widodaren tersebut.
Hal itulah yang dilakukan Suwarno. Pria asal Lumajang ini, membawa anak kambing. Hal itu dilakukannya untuk memenuhi kewajibannya tahun lalu.
Setahun yang lalu , ia pernah datang ke goa ini dan bertemu sesepuh tengger. Ia meminta lancar rezeki dan usahannya diberikan keberkahan.
"Saat itu saya berjanji dalam hati, semisal terwujud, saya akan datang kesini lagi membawa anak kambing. Ya, ternyata terwujud dan saya harus menepatinya," katanya kepada SURYA.co.id.
Dia mengaku lelah karena harus menggendong anak kambing dari bawah. Namun, hal itu tidak bisa tidak dilakukan, karena wajib.
Ia terpaksa mengajak tiga saudaranya untuk membantu menggantikan menggendong anak kambing agar bisa sampai puncak goa.
"Saya dulu diberi informasi teman, bahwa air suci goa ini mujarab bisa mendatangkan jodoh dan rejeki berlimpah. Makanya saya datang kesini, dan mencobanya, ternyata berhasil," jelasnya.
Untuk yang datang mengambil air suci ini tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun ikut andil. Seolah tak ada rasa lelah, anak - anak inipun tampak bersemangat menyusuri jalan menuju goa.
Sesampainya di atas , warga pun langsung mendatangi sesepuh Tengger yang sudah duduk bersilah di depan sebuah patung persembayangan.
Empat sesepuh tengger ini berasal dari tokoh adat dari empat kabupaten yang dilewati Tengger. Setelah itu , mereka menyerahkan sesaji yang sudah dibawanya dari bawah ke sesepuh.
Selanjutnya, warga tinggal menyebutkan apa permintaannya ke sesepuh. Semisal, minta jodoh, rejeki, tinggal disebutkan.
Setelah itu, sesepuh Tengger akan membacakan sebuah mantra. Tak lama, mereka diminta untuk mengambil air suci yang menetes di setiap dinding goa dan dibawa kembali ke sesepuh tengger.