Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

FPESGR Minta Permen LHK P.17/2017 Dikaji Ulang

FPESGR hari ini batal bertemu dengan Gubernur Riau untuk menyampaikan keluhan terkait dampak regulasi gambut

Editor: Sanusi
zoom-in FPESGR Minta Permen LHK P.17/2017 Dikaji Ulang
Melvinas Priananda/Melvinas Priananda
Petugas pemadam gabungan dari berbagai unsur berjibaku untuk memadamkan api di lokasi kebakaran lahan gambut yang berada di Kelurahan Air Hitam, Payung Sekaki, Pekanbaru, Kamis (11/8). Selain melibatkan puluhan personel pemadam, dua alat berat juga bekerja sepanjang hari untuk membangun embung penampung air akibat jauhnya sumber air hingga menyulitkan proses pemadaman. Tribun Pekanbaru/Melvinas Priananda 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Forum Perjuangan Ekonomi dan Sosial Gambut Riau (FPESGR), hari ini batal bertemu dengan Gubernur Riau untuk menyampaikan keluhan terkait dampak regulasi gambut yang dianggap bakal merugikan masyarakat Riau.

FPESGR sebelumnya telah mengirimkan surat untuk meminta audiensi dengan Gubernur Riau, Rabu (12/7/2017) , namun kabarnya pertemuan belum bisa dilakukan lantaran bentrok dengan agenda gubernur yang lain.

Ketua SPSI Riau, Nursal Tanjung yang turut menandatangani FPESGR, mengatakan, Riau punya pertumbuhan yang bagus dan tertingi di Indonesia sangat disayangkan jika sampai harus terhambat, karena regulasi gambut.

Menurut Nursal, kesepakatan dalam FPSGR, ingin meminta Menteri LHK mencabut atau menunda Permen LHK P.17/2017, karena aturan tersebut akan mempengaruhi kondisi Riau yang sedang berkembang.

“Permen itu bisa menyebabkan terjadinya PHK besar-besaran, yang bisa mengakibatkan masalah sosial dan mempengaruhi stabilitas dan kondusivitas daerah,” ujar Nursal.

FPESGR juga meminta pemerintah untuk bisa lebih memberi kepastian hukum. “Jangan diubah begitu saja, karena lahan kerja kan izinnya juga diperoleh lewat cara yang legal,” imbuhnya.

Mengenai risiko kebakaran lahan, yang harus lebih ditekankan adalah langkah antisipasi dan penanggulangannya, bukan pukul rata dengan membuat regulasi yang bisa mematikan industri yang sudah berjalan.

Berita Rekomendasi

Meski demikian, Nursal menyatakan akan tetap berjuang dalam koridor aturan perundang-undangan yang berlaku.

“Kami akan masuk lewat dialog dan cara-cara yang diatur undang-undang. Menyuarakan pendapat lewat demonstrasi juga dibolehkan kan, tapi opsi itu belum jadi pilihan saat ini,” kata Nursal.

Selain dialog dengan Gubernur, FPESGR juga ingin bisa bisa berdialog dengan Menteri LHK, Siti Nurbaya Bakar untuk menyampaikan keluhan dan kekhawatiran mereka.

Permen LHK P.17 tahun 2017 tentang Pembangunan Hutan Tanaman Industri merupakan salah satu dari aturan operasional dari PP nomor 57/2016 tentang perubahan atas PP nomor 71/2014 tentang perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut.

Peraturan baru ini menuai banyak kritik karena dianggap merugikan dunia usaha dan investasi karena pengusaha hutan tanaman industri dan kelapa sawit berpotensi kehilangan areal garapan. Akibatnya, dikhawatirkan akan terjadi pengurangan pekerja secara besar-besaran.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas