Kapok, Kisah Parjan yang Ditahan Satu Ruang Orang Gila Semua
Parjan mengakui sekitar 2013, dia bersama istrinya, Erni, pernah terjaring razia kala mengamen di sepanjang Jalan Malioboro.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, JOGJA - Parjan mengakui sekitar 2013, dia bersama istrinya, Erni, pernah terjaring razia kala mengamen di sepanjang Jalan Malioboro.
"Kami benar-benar kapok ngamen. Kalau udah ketangkap, di dalam sel itu nggak enak," kenangnya.
Di dalam sel, kata Parjan, mereka ditempatkan dalam satu ruangan yang isinya orang gila semua.
"Saya sangat kecewa dengan Satpol PP waktu itu. Kami dianggap orang gila. Padahal saya sudah bicara sebenarnya kalau kami mengamen buat tambahan modal jualan saja," kesalnya.
Parjan kemudian menceritakan sengsaranya di dalam sel. Dia dan beberapa gelandangan lainnya kerap mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan.
"Secara lahiriah tidak disiksa, namun secara batin benar-benar disiksa. Bayangkan selama 13 hari kami melihat kejadian yang benar-benar menyayat hati," ungkap Parjan.
"Ada orang tua yang nggak punya gigi, masa disuruh makan nasi. Melihat itu, istri saya nangis. Kenapa kamu nangis, saya tanya."
"Makanan di sini memang seperti ini. Namun istri saya ternyata nangisi mbah-mbah yang nggak bisa mengunyah nasi," terangnya.
Kalau mungkin bukan inisiatif Erni yang memprotes kepada penjaga sel, tambah Parjan, mungkin mbah-mbah tersebut akan kelaparan.
Selain itu, lanjut Parjan, saat tertangkap, barang-barang yang dimiliki disita pihak Satpol PP. Macam uang hasil ngamen dan alat komunikasi mereka bawa.
Jauh sebelum itu, Parjan juga pernah mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan kala membuka layanan pijat tuna netra di Wates, Kulonprogo.
Dia mendadak diusir. Tidak ada pemberitahuan sebelumnya.
"Pemerintah itu bisanya ngasih peraturan, tapi tidak memberikan solusi," keluhnya. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.