Hidup Teramat Miskin, Agus Ditemukan Tak Bernyawa di Atas Becak Kumalnya Saat Mencari Nafkah
Becak bercat biru itu juga terlihat berkarat, bagian penyangga kanan tampak patah dan disambung kayu dengan lilitan tali rafia kuning.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Nur Ika Anisa
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Sungguh mengundang iba nasib tukang becak bernama Muhammad Agus Hariono (51).
Pria yang biasa mengayuh becak di kawasan Putro Agung Gang III, Kelurahan Rangkah, Tambaksari, Kota Surabaya, ini ditemukan meninggal di atas becaknya saat menunggu penumpang. Yang memprihatinkan, keluarganya seolah tak peduli dan tak ikut membantu mengurus jenazah Agus.
Biaya pemakaman Agus ditanggung gotong royong oleh warga.
Agus sehari-hari hidup di atas becak. Mulai makan sampai tidur. Bahkan baju-bajunya juga dia simpan di laci becaknya.
Kamis (13/7/2017) lalu, Agus ditemukan tak bernyawa di kursi becaknya. Tidak ada yang tahu penyebabnya, namun warga sekitar menemukan jenazah Agus secara tiba-tiba.
"Almarhum sehari-hari ya di atas becak, di depan gang," ujar Ketua RT 03 Jalan Rangkah Surabaya, Supriadi (47) pada TribunJatim.com saat ditemui di rumahnya.
"Tidurnya juga di atas becak, baju-bajunya disimpan di becak, warga kadang ngasih makan juga," lanjutnya.
Bagaimana tidak, Supriyadi mengungkapkan keluarga korban tak ada yang mau mengurus jenazah Agus.
"Sempat dibawa ke rumah keluarganya di dekat sini, tapi keluarganya bilang sudah nggak mau ngurusi," jelasnya.
Parahnya, keluarga korban malah menutup pintu dan sempat menghilang dari rumah ketika Supriyadi memberi penjelasan. "Saya nggak berani maksa, warga juga sempat heran kok nggak mau ngurus," jelas Supriyadi.
"Daripada maksa nanti nggak diterima, justru kita yang kena," tambahnya.
"Jadi, ya bersama-sama dengan warga kita urus pemakamannya," ujar Supriyadi.
Baca: Pria di Lamongan Ini Perkosa Anak Kandungnya Sendiri, Modusnya Minta Dipijat
Baca: Pria Ini Ditangkap Polisi karena Berbuat Mesum di Kantor Pemkab Pamekasan
Warga sebelumnya sempat melaporkan meninggalnya Agus ke Polsek Tambaksari dan membawa jenazahnya ke rumah sakit. Usai dinyatakan meninggal di rumah sakit, warga dan anggota Polsek Tambaksari bersama-sama membantu persiapan pemakaman.
Mulai dari memandikan jenazah, salat, hingga persiapan pemakaman di Balai RW III. Biaya pemakaman juga ditanggung oleh warga sekitar melalui iuran simpati.
"Saya nggak tahu jumlahnya, tapi Alhamdulillah sisa Rp 630 ribu setelah bayar mudhin, tukang gali tanah, lampu, dan rumah sakit," terang Supriyadi.
"Sisanya kami buat untuk kirim doa tahlilan yang juga diurus warga," sambungnya.
Belum dipastikan apa sebenarnya penyebab meninggalnya kakek Agus, namun Supriyadi menduga almarhum meninggal karena sakit. "Mungkin sakit, perut kosong sering kena angin malam," ujar Supriyadi.
Agus merupakan anak pertama yang sempat tinggal dengan ayah tirinya. Setelah ibunya meninggal, hidup Agus mulai terlantar hingga diusir keluarga dan tak diurus. "Kata warga di sini, sempat diusir keluarga ayah tirinya setelah ibunya meninggal," kata Supriyadi.
"Dulu tinggalnya ya di rumahnya yang ditempati sama almarhumah ibu dan ayah tirinya itu," lanjutnya.
Saat TribunJatim.com mendatangi rumah almarhum di Jalan Putro Agung No 38, terlihat rumah berpagar hitam yang sedang ditinggal penghuninya.
Lampu pijar berwarna putih tampak menyala di balik kelambu merah muda di ruang tamu. Namun, tak ada seorang pun yang terlihat keluar untuk menghampiri TribunJatim.com.
Agus yang hidup serba kekurangan harus membawa baju-bajunya di bungkusan tas plastik di atas becak.
Tumpukan baju tak layak pakai itu diletakkan di belakang kursi becak bersama kardus, dan botol minuman plastik.
Becak bercat biru itu juga terlihat berkarat, bagian penyangga kanan tampak patah dan disambung kayu dengan lilitan tali rafia kuning.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.