TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Nursiah binti Ibrahim (43) dieksekusi secara bertubi-tubi oleh suaminya sendiri, Hamdani saat lari dan bersembunyi di dalam kamar rumah milik Sumiati (60), nyakwa tersangka yang bersebelahan dengan rumah orangtuanya.

Pantauan Serambi, Rabu (30/8), pukul 10.00 WIB, suasana rumah tempat Bu Bidan Nursiah dibunuh oleh suaminya tampak mencekam.

Genangan darah di kamar eksekusi sudah dibersihkan meski sudah diamankan dengan garis polisi.

“Anak saya tidak berani tidur di rumah ini,” ujar Sumiati.

Menurut Sumiati dan beberapa warga lainnya, Nursiah dikenal ramah dan sabar.

Baca: Kisah Gigih Bidan yang Terlahir dari Ayah-Ibu Tunanetra, Kuliah Cari Beasiswa, dan Lulus Cumlaude

Ketika ibu mertuanya dirawat di Rumah Sakit Sigli dialah yang mendampingi selama enam hari.

Selama ini, Nursiah dan suaminya sering pulang setiap Sabtu dan Minggu untuk melihat mertuanya.

Menurut pihak keluarga dan tetangga, selama ini mereka terlihat aman-aman saja, tidak ada tanda-tanda keributan.

Gampong Beulangong Basah diapit hamparan sawah dan kebun.

Desa ini berjarak sekitar lima kilometer dari Jalan Nasional Banda Aceh-Medan.

Diberitakan, Nursiah ditemukan tewas dengan 26 tusukan di sekujur tubuhnya.

Nursiah bertugas sebagai bidan di Puskesmas Pembantu (Pustu) Cot Bada, Bireuen.

Perempuan kelahiran Meureudu ini tercatat menetap di Gampong Cot Krang, Kecamatan Peusangan, Bireuen, karena di sinilah sebelumnya dia tinggal bersama suami pertamanya yang sudah meninggal dunia.

Dari suami pertamanya, Nursiah dianugerahi tiga anak, yaitu Iga Dara Fonna (16), Irhas (12), dan Birul Walidaini (7).

Sedangkan kehidupan rumah tangganya dengan Hamdani baru berjalan sekitar delapan bulan hingga peristiwa mengenaskan itu terjadi. Bagi Hamdani sendiri, Nursiah merupakan istri kedua. (aya)