Harga Cabe Rp 5 Ribu, Petani di Klaten Menjerit, Biaya Produksi Tak Seimbang dengan Hasil Penjualan
Meski hasil panen cabai rawit yang dihasilnya cukup bagus, tapi keuntungan yang didapat petani tidak sepadan dengan modal
Editor: Sugiyarto
Laporan Reporter Tribun Jogja, Angga Purnama
TRIBUNNEWS.COM, KLATEN - Meski hasil panen cabai rawit yang dihasilnya cukup bagus, tapi keuntungan yang didapat petani tidak sepadan dengan modal yang dikeluarkan hingga panen.
Petani asal Desa Kemudo, Prambanan, Karno mengatakan pada awal tanam cabai, ia membutuhkan modal sekitar Rp 3 juta untuk menggarap lahan seluas 2.500 meter persegi.
Biaya tersebut digunakan untuk beli bibit, pupuk, hingga mengalirkan air untuk menyirami di awal periode tanam.
Baca: Tragis, Anak Sopir Truk Tewas Tertabrak Truk
"Biaya itu belum termasuk tenaga. Karena saya garap sendiri jadi tidak dihitung," ujarnya, Minggu (10/9/2017).
Sementara harga hasil panen cabai rawit hanya Rp 5.000 per kilogram.
Dengan harga tersebut, menurutnya tidak banyak keuntungan yang didapat petani.
"Bahkan bisa dibilang rugi, karena tidak sepadan dengan modal yang dikeluarkan," ungkapnya.
Karno menyadari anjloknya harga cabai rawit itu dipengaruhi oleh tengkulak.
Baca: Gagal Tiga Kali Bunuh Diri, Pria Asal Kediri Ini Tidak Kapok, Akhirnya Nasibnya Seperti Ini
Tapi di sisi lain, petani membutuhkan hasil panennya segera terjual.
"Berbeda dengan panen padi, yang bisa disimpan. Tapi kalau cabai tidak bisa ditunda lama-lama, maunya setelah panen segera dijual," katanya. (TRIBUNJOGJA.COM)