Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Unsur-Unsur yang Terkandung Dalam Magma Gunung Agung

Zat-zat atau unsur-unsur yang terkandung dalam magma Gunung Agung sangat banyak.

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Unsur-Unsur yang Terkandung Dalam Magma Gunung Agung
Tribun Bali/Putu Candra
Asap solfatara menyembul dari puncak Gunung Agung, dilihat dari Pos Pengamatan Gunungapi Agung, Desa Rendang, Selasa (26/9) petang. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin

TRIBUNNEWS.COM, AMLAPURA – Zat-zat atau unsur-unsur yang terkandung dalam magma Gunung Agung sangat banyak.

"Banyak sekali unsur-unsurnya, yang ada di alam ini, itu semuanya berasal dari magma. Ada bahan organik, logam, itu berasal dari magma. Untuk gas yang terkandung dalam magma ada gas vulkanik, termasuk CO CO2, H2S, SCO2, CN ,dan sianida," terang Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG, Gede Suantika.

Suantika mengatakan, pada letusan tahun 1963, Gunung Agung memuntahkan 280 juta meter kubik material selama satu tahun.

Sementara itu, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani mengatakan, jika Gunung Agung meletus, kecepatan awan panas harus diantisipasi.

Sesuai rekomendasi yang dikeluarkan, tidak boleh ada aktivitas di radius 9 hingga 12 kilometer dari kawah Gunung Agung.

Hal lainnya yang harus diwaspadai adanya lahar dingin.

Berita Rekomendasi

Biasanya material akan turun setelah adanya dorongan air dari atas misalnya setelah hujan.

"Material ke bawah akan timbul belakangan setelah terjadi erupsi," ujar pria yang menyelesaikan pendidikan S1 Teknologi di ITB Bandung dan S2 di Selandia Baru ini.

Namun ia mengaku belum mengetahui kapan erupsi terjadi.

Yang pasti aktivitas kegempaan masih tinggi.

PVBMG menetapkan Gunung Agung dengan status Awas (Level IV) pada Jumat (22/9) pukul 20.30 Wita.

Status Awas merupakan tingkatan tertinggi untuk gunung berapi.

Dengan kata lain, kemungkinan untuk meletus sangat besar.

Gunung Agung memiliki indeks letusan atau Volcanic Explosivity Index (VEI) di angka dua sampai lima.

Saat meletus tahun 1963 punya indeks lima, sehingga kekuatan letusan Gunung Agung 10 kali lipat dari letusan Gunung Merapi pada tahun 2010.

"Kami berkaca pada saat letusan tahun 1963. Gunung Agung itu punya indeks lima. Dan tahun 1963 Gunung Agung erupsi itu 10 kalinya dari letusan Gunung Merapi," ungkap Kasbani.

Volcanic Explosivity Index (VEI) atau indeks letusan gunung api adalah skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan letusan gunung api.

Indeks yang pertama kali diciptakan di Smithsonian Institution, Washington D. C ini didasarkan pada dua hal, yaitu jumlah material yang dilontarkan atau dilepas saat letusan, dan ketinggian lontaran material tersebut ke atmosfer.

Ini adalah skala logaritmik, yang berarti bahwa setiap langkah perubahan merupakan urutan besarnya (atau 10 kali) meningkat selama langkah sebelumnya dalam hal amplitudo diukur.

Di Indonesia, Gunung Tambora (NTB) memiliki indeks terbesar yakni tujuh, disusul Gunung Krakatau (6), Gunung Agung (5), dan Gunung Merapi (4).

"Jadi dari empat ke lima itu selisih 10 kali. Tapi kita berharap bila meletus nanti, VEI Gunung Agung antara tiga sampai empat," terang Kasbani. (*)

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas