Kisah Tukang Rongsokan 11 Tahun Merawat Anaknya yang Tergolek di Kasur
Pasangan suami istri, Daminah (48) dan Siswanto (53) merupakan sosok orangtua yang sangat penyabar.
Editor: Hendra Gunawan
"Kata dokter otaknya terlalu kecil, jadi tidak bisa dioperasi," jelasnya.
Daminah menuturkan, sejak itulah kepala anaknya membesar. Sedangkan, tubuh, kaki, serta tangannya tampak kurus mengecil hingga tinggal kulit dan tulang.
Kini, Nur Roqhim hanya bisa berbaring di atas kasur, tidak bisa bermain seperti anak seusianya. Kaki dan tangannya tidak dapat digerakkan.
Nur Roqhim juga tidak dapat melihat dan berbicara. Ia hanya bisa menangis ketika meminta sesuatu.
"Cuma bisa menangis. Kadang-kadang juga tertawa," kata Daminah.
Sehari-hari, Daminah tidak bekerja. Untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, tergantung pada penghasilan suaminya yang bekerja sebagai tukang rongsokan.
Dalam sehari, suaminya biasa mendapatkan Rp 30 ribu- Rp 50 ribu.
Besaran pendapatan suaminya tergantung pada barang rongsokan yang didapat hari itu.
"Suami saya jualan rongsokan. Palstik bekas, kertas, besi. Apa saja pokoknya yang laku dijual," katanya.
Saat ditemui di rumahnya, suaminya sedang tidak berada di rumah.
Daminah hanya tinggal berdua dengan Nur Roqhim.
Sedangkan dua anaknya yang lain, Didik Darwanfo (26) dan Lilis Nuryanti (23) sudah menikah dan tidak lagi tinggal serumah dengannya.
Tak ada perabot mewah di rumahnya. Di ruang tamu, hanya ada meja kecil dan kursi yang sudah rusak.
Di bagian tengah, terbentang tikar yang biasa dipakai untuk menidurkan anaknya pada siang hari.
Seluruh rangka rumahnya terbuat dari kayu. Sedangkan dindingnya terbuat dari triplek, dan bagian lantainya masih tanah.
Di bagian depan rumah, beberapa barang rongsokan digantung menggunakan tali rafia yang diikatkan di bambu penyangga genteng. Di sebelahnya berjejer beberapa sepeda bekas.