Ratusan Bebek Milik Warga Pesisir Pantai Samas Bantul Mati Mendadak
Ratusan bebek yang dipelihara warga pesisir Pantai Samas, Srigading, Bantul mati mendadak selama beberapa hari terakhir.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Ratusan bebek yang dipelihara warga pesisir Pantai Samas, Srigading, Bantul mati mendadak selama beberapa hari terakhir.
Akibatnya, kerugian mencapai puluhan juta.
Warga pun pasrah, karena tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk mencegah kematian bebek.
Tariman, warga setempat mengatakan kematian bebek mulai terasa seminggu belakangan.
Baca: Remaja Buang Bayinya Karena Tak Kuat Menahan Malu
"Awalnya satu dua ekor mati, lama-lama tujuh sampai sepuluh ekor tiap harinya, sampai sekarang masih terus ada bebek yang mati," katanya saat ditemui di rumahnya, Selasa (30/10/2017).
Gejala yang timbul, bebek mengalami lemas seperti lumpuh dan tidak bisa berjalan.
Terkadang Tariman mendapati bebek seperti menggigil kedinginan lalu tak lama setelahnya mati.
Hal yang nyaris sama juga dialami puluhan ekor ayam miliknya yang juga mati selama kurun waktu seminggu terakhir.
Bangkai bebek yang mati langsung dikubur dalam tanah karena tidak layak untuk dikonsumsi.
Baca: 13 Anak Usia Sekolah di Sumedang Positif HIV/AIDS, Satu Penyebabnya Di Antaranya Jadi Gay
Sementara bebek yang masih hidup namun sudah ada tanda-tanda sakit terkadang dijual atau disembelih.
Namun jumlahnya tidak banyak dan lebih sering dikubur dalam tanah pula.
Belum diketahui jumlah pasti bebek milik Tariman yang mati.
Baca: Gara-gara Tak Diijinkan Menikah, Remaja 16 Tahun Ini Nekat Bakar Rumah, Begini Nasibnya
Perkiraannya sudah lebih dari 200 ekor dari total sekitar 600 ekor bebek miliknya dengan lokasi kandang tempat pemeliharaan tepat di belakang rumahnya area Pantai Samas.
Jumlah bebek yang mati ini terus bertambah sampai sekarang.
Akibat peristiwa ini, kerugian Tariman ditaksir mencapai enam juta lebih.
Ini dari perhitungan bebek mati, jumlah pakan yang telah dikeluarkan dan beberapa indukan ayam yang juga ikut mati.
"Ada kalau rugi enam juta, karena harga bekatul untuk pakan juga mahal," kata Tariman.
Dari penuturan Tariman, peristiwa bebek mati dengan jumlah yang banyak dalam waktu bersamaan ini baru ia alami selama sekitar satu tahun belakangan ia memelihara bebek.
Ia pun mengaku kebingungan dengan kondisi ini dan berharap ada bantuan pemerintah untuk mengatasi masalah.
Untuk sementara, ia memilih menunggu sampai kondisi membaik sebelum mulai membeli bibit bebek baru untuk kembali dilakukan penggemukan.
Tariman takut, ketika membeli bibit bebek justru hal yang sama masih terjadi dan semakin menambah kerugian yang ia alami karena bebek mati. (TRIBUNJOGJA.COM)