Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Korban Penyanderaan: Tak Boleh Lagi Berkeliaran Mulai Jam 6 Sore, Listrik pun Dimatikan

Selama masa penyanderaan, para korban hampir tiap hari masih bisa berkomunikasi dengan keluarga menggunakan telepon selular (ponsel).

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Cerita Korban Penyanderaan: Tak Boleh Lagi Berkeliaran Mulai Jam 6 Sore, Listrik pun Dimatikan
Tribun Jateng/Hesty Imaniar
Warga ngobrol santai di Kedondong, Kecamatan Demak, Jateng, setelah bebas dari penyanderaan oleh Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) di Mimika, Papua. TRIBUN JATENG/HESTY IMANIAR 

"Kita sempat sehari lihat bendera itu berkibar di atas bukit, setelah itu tak tampak lagi," ucapnya.

Dia juga menceritakan soal penambangan di sekitar wilayah penyanderaan. Menurutnya, masing-masing para penambang menyewa lahan kepada para penduduk lokal dengan harga bervariasi.

Menurut dia, harga sewa tergantung dari luas lahan yang ada. Antara Rp 3 juta sampai Rp 10 juta per bulan.

"Kita menambang kan di aliran sungai. Nah lahan itu dilintasi aliran sungai yang ditambang itu. Wilayah yang kita tambang sudah di luar area perusahaan Freeport," ucapnya.

Sudah Tradisi
Kepala Desa Kedondong, Kecamatan Demak, Sistianto, mengakui banyak warga desa yang dipimpinnya merantau ke Papua.

Tradisi merantau ke pulau di ujung timur Indonesia ini sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu.

Baca: Kisah Anak Pendeta Memeluk Islam, Niatnya Sempat Tertunda karena Dikejar-kejar Sang Ayah

Berita Rekomendasi

"Banyak yang merantau ke sana, sudah lama, berlangsung sejak puluhan tahun lalu," kata Sistianto, kepada Tribun Jateng, Kamis (23/11/2017).

Warga yang merantau di Papua tak semuanya bermukim di sana dalam jangka waktu yang lama. Sebagian di antaranya, ke Papua hanya saat di desa sedang tak musim tanam, dan tak ada pekerjaan lain yang bisa diandalkan untuk mencukupi kebutuhan.

Sehingga, ketika sudah dirasa mendapat penghasilan yang cukup, sebagian dari mereka memilih untuk pulang kampung.

Sementara sebagian lainnya memilih tinggal di sana, dan penghasilan yang ada dikirimkan ke keluarga.

"Rombongan kemarin ke sana karena di desa sedang kemarau. Sebagian kalau sudah cukup dapat uangnya ya pulang, sebagian lagi ya ada yang masih di sana, uang untuk keluarga ditransfer," ucapnya.

Menurut dia, mayoritas warga di sana bekerja mendulang emas secara manual. Dikatakan, pada sekitar bulan Desember - Januari, usaha penambangan emas secara tradisional sedang bagus.

"Desember - Januari ramai menambang emas, karena Freeport sedang buang limbah," katanya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas