Penampakan Banjir Lahar Dingin, BNPB Sebut Ini Permulaan
Potensi banjir lahar lahar dingin meningkat. Untuk itu BNPB mengimbau warga untuk tidak beraktivitas di sungai.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banjir lahar dingin atau lahar hujan dampak erupsi Gunung Agung, terlihat di sejumlah lokasi.
Melalui akun Twitter, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, menunjukan video yang menggambarkan kejadian tersebut.
"Ini adalah permulaan dari banjir lahar hujan," tulis Sutopo dalam @sutopo_BNPB, Senin (27/11/2017).
Menurut Sutopo, material piroklastik erupsi Gunung Agung akan terus bertambah. Bersamaan itu pula intensitas hujan akan meningkat selama musim penghujan.
Tak pelak, potensi banjir lahar dingin juga meningkat. Untuk itu, BNPB mengimbau warga untuk tidak beraktivitas di sungai.
"Jangan melakukan aktivitas di sungai," pesannya.
Dijelaskan dia sebelumnya, tingkat erupsi Gunungapi Agung sekarang meningkat dari fase freatik ke magmatik (sejak teramati sinar api di puncak di malam hari pada 25/11/2017 pukul 21.00 WITA).
Sampai hari ini erupsi fase magmatik disertai kepulan abu tebal menerus mencapai ketinggian 2.000-3.400 meter dari puncak.
Kepulan abu yang menerus kadang-kadang disertai erupsi eksplosif disertai suara dentuman lemah yang terdengar sampai jarak 12 km dari puncak. Sinar api semakin sering teramati di malam hari berikutnya.
"Ini menandakan potensi letusan yang lebih besar akan segera terjadi," jelasnya.
Untuk mengantisipasi segala kemungkinan dan risiko bencana maka PVMBG telah menaikkan status Gunung Agung dari Siaga (level 3) menjadi Awas (level 4).
Status tersebut terhitung mulai 27/11/2017 pukul 06:00 WITA. Status Awas adalah status tertinggi dalam status gunungapi.
Pos pengamatan Gunung Agung di Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem melaporkan bahwa swcara visual gunung jelas.
Asap kawah bertekanan sedang teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal dan tinggi 2.500-3.000 m di atas puncak kawah.
Teramati letusan dengan tinggi 3000 m dan warna asap kelabu. Terlihat sinar api. Tremor non harmonik menerus amplitudo 1 - 10 mm (dominan 1 - 2 mm).
Masyarakat di sekitar Gunung Agung, pengunjung atau wisatawan agar tidak tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya.
Zona tersebut antara lain area kawah Gunung Agung dan di seluruh area di dalam radius 8 kilometer dari kawah Gunung Agung.
Termasuk perluasan sektoral ke arah Utara-Timurlaut dan Tenggara-Selatan-Baratdaya sejauh 10 kilometer dari kawah Gunung Agung.
Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yg paling aktual/terbaru.
BNPB berkoordinasi dengan TNI, Polri, Basarnas, Kementerian PUPR, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perhubungan, BUMN dan lainnya untuk mendampingi pemerintah setempat dalam penanganan erupsi Gunung Agung.
Posko Pendampingan Nasional telah diaktivasi di Kabupaten Karangasem. BPBD bersama unsur lainnya terus melakukan penanganan darurat erupsi.
Masyarakat yang berada di dalam radius 8 km dan peluasan 10 km dihimbau untuk segera mengungsi dengan tertib dan tenang.
Sebagian masyarakat telah melakukan evakuasi mandiri sejak 25/11/2017 malam menyusul erupsi Gunung Agung.(*)