Mugiyanto Sempat Mengimami Salat di Masjid Sebelum Tubuhnya Hanyut Terbawa Arus Banjir
Mugiyanto tak sempat meloloskan dari dari terjangan arus itu. Ia ikut hanyut terbawa air luapan yang bermuara di Sungai Serayu.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, WONOSOBO - Hujan lebat beberapa hari terakhir mengakibatkan banjir di beberapa lokasi di wilayah Jawa Tengah (Jateng).
Banjir di Dusun Kasiran, Desa Mlipak, Wonosobo, Selasa (28/11/2017) sekitar pukul 21.00 WIB menyebabkan seorang meninggal dunia.
Luapan air membuat tanggul saluran air di RT 2 RW 8 Kasiran longsor hingga menjebol rumah warga yang berada di bawahnya.
Tembok rumah permanen milik Mugiyanto (65), warga RT 2 RW 8 jebol hingga air bercampur material talut masuk dan menghanyutkan seisi rumah.
Tragisnya, Mugiyanto tak sempat meloloskan dari dari terjangan arus itu. Ia ikut hanyut terbawa air luapan yang bermuara di Sungai Serayu.
Baca: Pengacara Setya Novanto akan Diperiksa terkait Kepemilikan Senjata Api
Dedek, Ketua RT 2 RW 8 Kasiran Mlipak Wonosobo mengatakan tiga rumah yang berhimpitan terdampak pada bencana banjir ini. Tiga rumah itu dihuni oleh 14 orang.
Rumah Mugi berada persis di bawah tanggul yang jebol sehingga dampaknya paling parah.
Ahmad, warga setempat masih terngiang ucapan terakhir Mugiyanto (65) saat dimintanya segera keluar rumah.
Air di saluran selebar dua meter di tengah perkampungan kala itu sedang meluap. Talut saluran yang posisinya lebih tinggi dari rumah Mugi mulai terkikis.
Air luapan masuk ke dalam rumah hingga setinggi betis.
Ahmad tanpa pikir panjang meneriaki orang-orang yang masih terjebak di dalam rumah. Ia menarik tubuh putra putri Mugi, Ayu (17) dan Slamet (23) di dalam rumah agar cepat keluar.
Luapan terus membesar, sementara retakan tanggul semakin meluas. Petaka lebih besar diyakininya akan datang.
Baca: Wiranto Berencana Lobi Tokoh Alumni 212
Sementara Mugiyanto masih terjebak di dalam rumah. Kakek itu hendak mengambil cangkul untuk memperbaiki saluran belakang rumah, sehingga aliran luapan beralih dan tak menghantam rumah.
Ahmad menyeru agar Mugi lekas keluar karena tanggul mulai bedah.
"Saya panggil untuk keluar, dia jawab nun (ya), panggilan ketiga sudah tidak jawab saat tanggul longsor dan menjebol rumah," katanya, Rabu (29/11/2017).
Tanggul yang hanya berjarak sekitar 2 meter dari dinding rumah Mugi itu akhirnya benar-benar ambrol selebar sekitar 4 meter.
Arus air bercampur material talut lalu menjebol sebagian tembok rumah Mugi.
Dinding permanen sisi samping hingga belakang rumah jebol sepanjang sekitar 8 meter.
Tembok kamar dalam rumah pun jebol diterjang arus yang menghanyutkan seisi rumah.
Panggilan Ahmad ke Mugi sudah tak lagi terjawab. Wujud orang tua itu tak terlihat di antara puing rumah yang hanyut.
Tubuh Mugi yang renta hilang entah kemana.
Baca: Pesawat Wings Air ATR 72 Tinggalkan Bali Menuju Malang Tanpa Penumpang
"Padahal sebelum kejadian itu dia masih sempat mengimami salat jamaah di masjid," katanya.
Rabu (29/11/2017), banjir telah surut, aliran saluran kembali normal. Rumah Mugi telah dibersihkan dari material longsor dan puing rumah. Namun tubuh Mugi tak ditemukan di lokasi kejadian.
Pukul 10.30 WIB, jasad Mugi ditemukan tersangkut bangkai pohon kelapa yang terbawa arus Sungai Serayu bawah jembatan gantung Selokromo Leksono Wonosobo, atau 10 kilometer dari tempat kejadian.
Ahmad mengatakan, jebolnya tanggul di sisi rumah Mugi diawali air saluran yang meluap saat hujan lebat.
Badan jembatan saluran di sisi rumah Mugi dibangun terlalu rendah sehingga menghambat laju air.
Air yang tak berhasil lolos karena menghantam jembatan akhirnya memutar balik, dan menggerus talut hingga longsor dan membanjiri rumah Mugi.
"Jembatan itu terlalu rendah sehingga air tak bisa lolos kalau sedang meluap. Kami berharap jembatan itu dihancurkan dan dibangun lagi yang lebih tinggi, sehingga tidak kejadian lagi," katanya.
Anggota tim SAR Gabungan Wisnu Huda Wardana mengungkapkan, korban awalnya ditemukan tersangkut di bangkai pohon kelapa yang hanyut ke sungai, sebelum jembatan gantung.
Kondisi sungai yang berjeram dan arus deras sempat menghambat proses evakuasi. Evakuasi pertama pun sempat gagal. Jasad Mugi sempat lepas dan hanyut kembali terbawa arus.
Kondisi arus deras dan berjeram. Sehingga susah evakuasi. Kalau dipaksakan jasad bisa rusak," katanya, Rabu (29/11/2017).
Tim kemudian mengejar korban yang hanyut hingga sejauh 200 meter.
Sampai di air yang arusnya landai di bawah jembatan gantung Selokromo, tim berhasil mengevakuasi korban.
Menurut Wisnu, kondisi jasad korban masih utuh dan hanya mengalami sedikit lecet karena benturan benda keras.
Korban lantas dievakuasi dan dibawa ke RSUD Wonosobo sebelum dikembalikan ke pihak keluarga. (tribunjateng/cetak/Aqy)