Pedesaan di Lereng Gunung Agung Sepi Bagai Tak Ada Kehidupan, Tumbuhan pun Mulai Berguguran
Tumbuhan dan hewan di sejumlah desa di KRB (Kawasan Rawan Bencana) III mulai mati dan berguguran terdampak erupsi pada akhir November lalu.
Editor: Dewi Agustina
Sapi, babi, kambing dan beberapa ayam warga selamat.
Baca: Warga Gotong Jenazah Mesak Menyusuri Hutan Belantara Selama Sehari karena Tak Mampu Sewa Pesawat
"Lokasi pohon-pohon yang gugur dan hewan yang mati sekitar 4 hingga 5 kilometer dari kawah Gunung Agung," imbuhnya.
Juru bicara Pura Pasar Agung Sebudi, Desa Sebudi Kecamatan Selat, Wayan Suara Arsana juga mengutarakan pohon-pohon yang semula tumbuh subur di wilayah itu kini gugur.
Kemungkinan, sebagian binatang di atas gunung bernasib sama, yaitu mati di tempat.
Cuma warga sekitar belum ada yang tahu.
"Masalah hewan mati, belum ada info. Mungkin sudah ada yang mati, cuma belum ada yang tahu. Di Sebudi sekarang sepi. Tak ada orang beraktivitas di sana. Kalau pepohonan di Desa Sebudi rontok. Hampir semuanya," akui Wayan Suara Arsana.
I Gede Sumiarsa menduga, kejadian ini karena suhu panas di sekitar lereng Gunung Agung meningkat.
Belerang tercium cukup keras, dan hujan abu vulkanik sangat tebal sehingga tumbuhan dan binatang tidak kuat bertahan.
Baca: Pasang Air Laut Mencapai 1,5 Meter, Masyarakat Pesisir Jatim Diminta Waspadai Banjir Rob
Sumiarsa menduga, binatang yang berada di dekat puncak Gunung Agung kemungkinan sudah mati di tempat.
Cuaca di Dukuh, akui Sumiarsa, sangat berbeda dengan sebelumnya.
Jam 09.00 Wita, suhu di Dukuh sudah panas seperti siang hari.
"Sebelumnya pukul 09.00 Wita, udara di Dukuh sejuk. Sekarang panas. Tadi cuma beberapa menit pantau desa, sudah tidak kuat sehingga langsung balik," imbuh Sumiarsa.