Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Keluarga Miskin di Muaradua Ini Kadang-kadang Seharian Tak Makan

Di dalam gubuk yang bersebelahan dengan kandang ayam tersebut tempat Jiwit bersama istri, Evi Susanti, dan ketiga buah hatinya tinggal.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Keluarga Miskin di Muaradua Ini Kadang-kadang Seharian Tak Makan
SRIPOKU.COM/ALAN NOPRIANSYAH
Tempat tinggal Jiwit bersama anggota keuarganya di Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan. 

Laporan wartawan Sriwijaya Post, Alan Nopriansyah

TRIBUNNEWS.COM, MUARADUA - Miris yang dialami keluarga kurang mampu, Jiwit (51) yang tinggal bersama keempat anggota keluarganya di sebuah gubuk yang berukuran 4x2 meter persegi.

Di dalam gubuk yang bersebelahan dengan kandang ayam tersebut tempat Jiwit bersama istri, Evi Susanti, dan ketiga buah hatinya tinggal.

Dinding gubuk darurat yang telah ditutup beberapa lembar plastik tersebut milik tuan kebun yang ia tumpangi.

J, di rumahnya Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan.
Jiwit bersama dua dari tiga anaknya, di rumahnya Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan. (Sriwijaya Post/Alan Nopriansyah)

Gubuk yang persis berada di Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan yang berjarak 100 meter dari Desa Pelangki menjadi tempatnya berteduh dari air hujan dan terik mentari.

Dari penjelasan warga Desa Pelangki, Yudi, keluarga yang terdapat anak balita tersebut terkadang kesehariannya tidak memasak karena tidak mempunyai persediaan beras.

"Keluarga Pak Jiwit terkadang kesehariannya tidak memasak karena kehabisan persedian beras," ujar Yudi.

BERITA TERKAIT

Pantauan Sripoku.com di lapangan tak banyak peralatan rumah tangga yang terdapat di gubuk tersebut.

Hanya terdapat teko dan panci yang tersedia di gubuk tanpa pintu penutup itu.

Jiwit dan istrinya Evi Susanti, di rumahnya Desa Pelan
Jiwit dan istrinya Evi Susanti, di rumahnya Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan. (SRIPOKU.COM/ALAN NOPRIANSYAH)

Lantai gubuk yang hanya beralaskan papan dan dilapisi selembar tikar yang sudah lapuk tempat kelima anggota keluarga itu tidur.

Jiwit yang merupakan kepala keluarga di rumah tangga tersebut tak punya pekerjaan yang pasti.

Terkadang kesehariannya mencari umbut dan sayur pakis untuk dijual yang bisa menghasilkan uang untuk keperluan membeli beras untuk makan sehari-hari.

Pria berusia lebih setengah abad tersebut bertekad tetap mencari rejeki yang halal yang bisa menyambung kehidupan sehari-hari keluarganya.

Bukannya tidak mau bertani, modal dan tak punya ladang sendiri menjadi kendala baginya.

Istrinya Evi Susanti (45) pun tak bisa berbuat banyak.

Selain harus mengurus anaknya Aldi yang belum genap berusia dua tahun dan Bambang yang berusia 6 tahun dan anak tertuanya berusia 10 tahun.

Anak bungsunya Aldi, yang sakit-sakitan dan perutnya anak tersebut mulai membuncit namun tak pernah mereka bawa berobat ke dokter atau Puskesmas setempat lantaran tak mempunyai biaya.

Sedangkan anaknya yang tertua, Harmoko, yang berusia 10 tahun harus putus sekolah karena tak biaya.

"Ia tak mau lagi sekolah, lantaran malu tiap kali diminta uang iuran pupuan kelas ia tak punya," jelas Jiwit.

Tahun ini anaknya yang nomor dua Bambang (6) seharusnya masuk sekolah dasar (SD).

Lagi-lagi terkendala biaya. Jiwit masih bingung menyekolahkan anaknya.

"Seharusnya awal tahun ini ia telah didaftarkan. Akan tetapi jangankan biaya sekolah untuk makan sehari-hari pun susah," ungkapnya, Kamis (21/12/2017).

Bahkan saat ditanya tentang persediaan beras, Jiwit mengaku istrinya memasak 2 canting beras pada sore kemarin hingga hari ini.

Saat ditanya sanak saudaranya Jiwit, ia mengaku mereka terkadang membantu seadanya.

Namun karena semuanya juga orang yang kurang mampu tak bisa saling membantu.

Sumber: Sriwijaya Post
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas