Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Memulihkan Lingkungan yang Rusak Pesan Natal di Gereja GPIB Tanjung Selor

Seluruh prosesi peribadatan berlangsung sukses dan khidmat. Kurang lebih 10 personel Polres Bulungan tampak berjaga di depan gereja.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Memulihkan Lingkungan yang Rusak Pesan Natal di Gereja GPIB Tanjung Selor
Tribun Kaltim/Muhammad Arfan
Suasana peribadatan di Gereka GPIB Jamaat Maranatha, Jalan Mayjen DI Pandjaitan, Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, Senin (25/12/2017). 

Laporan wartawan Tribun Kaltim Muhammad Arfan

TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG SELOR - Di tengah guyuran hujan, seluruh gereja di Tanjung Selor menggelar prosesi peribadatan di Hari Natal, Senin (25/12/2017). Salah satu gereja yang dipantau Tribun ialah Gereja GPIB Jemaat Maranatha, Jalan Mayjen DI Pandjaitan, Tanjung Selor.

Gereja ini diisi kurang lebih 500an umat kristiani. Seluruh prosesi peribadatan berlangsung sukses dan khidmat. Kurang lebih 10 personel Polres Bulungan tampak berjaga di depan gereja.

Ketua II Gereja GPIB Pollymart Sijabat menyampaikan sejumlah pesan Natal kepada jamaat yang hadir. Secara garis besar Polly mengungkapkan, nilai-nilai Natal terlalu indah dan berharga sehingga sangat disayangkan jika direduksi dan didemonstrasikan hanya dalam seremonial dan berbagai pesta kemewahan. Hal itu bertentangan dengan jiwa Natal.

“Semua kemewahan dan pesta pora bertolak belakang dengan putra Maria dalam palungan,” katanya.

Nilai-nilai indah Natal juga terlalu mahal dan berharga untuk dinikmati sendiri oleh warga gereja. Semua yang indah kata Polly harus dibagi agar menyentuh dan menjangkau banyak umat manusia yang haus kedamaian dan kesejahteraan.

Polly juga mengamanatkan agar berkomitmen, memulihkan lingkungan atau alam semesta yang rusak. Warga gereja tuturnya turut bertanggungjawab ketika alam semesta yang seharusnya menyandang misi turut memuliakan.

Berita Rekomendasi

Ia mengatakan, alam semesta tidak lagi memuliakan Allah tetapi sekarat dan habis terkuras.

“Suara alam semesta tidak lagi menceritakan kemuliaan Allah dan memberitakan pekerjaan tangan-Nya, tetapi merubah menjadi rintihan minta dikasihani dan jeritan menuju mati. Tanpa sadar manusia sedang menggali kuburnya sendiri dengan menghancurkan alam semesta,” katanya.

Sumber: Tribun Kaltim
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas