Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ratusan Peluru Ditemukan di Tubuh Orangutan Mati

Dari otopsi yang berjalan sekitar empat jam tersebut, tim otopsi memastikan orangutan berjenis kelamin jantan dengan usia 5-7 tahun itu mati dibantai

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Ratusan Peluru Ditemukan di Tubuh Orangutan Mati
TRIBUN KALTIM/TRIBUN KALTIM/FACHMI RACHMAN
DIREHAB - Satu individu orangutan beraktifitas di pulau hutan buatan Borneo Orangutan Survival (BOS) Samboja Lestari di Samboja Kutai Kartanegara, Rabu (17/5). BOS melakukan penyelamatan dan rehabilitasi terhadap orangutan agar bisa kembali ke habitat aslinya di hutan alami. (TRIBUN KALTIM/FACHMI RACHMAN) 

Laporan Wartawan Tribun Kalteng Faturrahman

TRIBUNNEWS.COM, PALANGKARAYA - Pembantaian orangutan di Kalteng dua pekan yang lalu yang bangkainya  mengapung di Sei Barito sekitar Jembatan Kalahien, Kabupaten Barito Selatan, Kalteng, belum membuat jera pelaku.

Penangkapan dua orang pelaku pembantai orangutan oleh Polda Kalteng tersebut, belakangan diketahui keduanya adalah petani Karet di Kabupaten Barito Utara, Kalteng ternyata belum berakhir bagi satwa dilindungi yang hidup di Pulau Borneo ini. 

Kasus pembantaian kembali terjadi, kali ini menimpa orangutan di Kaltim.

Berdasarkan laporan, Ramadhani, Manager Lembaga Perlindungan Habitat orangutan atau Centre for Orangutan Protection (COP) yang diterima, Rabu (7/2/2018) kepada Tribun Kalteng.com.

Dia mengungkapkan, pada Selasa malam tanggal 6 Februari 2018 telah dilakukan otopsi atau nekropsi terhadap mayat orangutan.

Bangkai orangutan tersebut, ditemukan di Desa Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Otopsi dilakukan di RS. Pupuk Kaltim, Bontang oleh tim COP, Polres Bontang, Polres Kutai Timur dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Berita Rekomendasi

Baca: Balita 16 Bulan di Makassar Kena Peluru Nyasar, Ini Kronologisnya

Dari otopsi yang berjalan sekitar empat jam tersebut, tim otopsi memastikan orangutan berjenis kelamin jantan dengan usia 5-7 tahun tersebut tewas diduga dibantai oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Kematian diperkirakan, hari Selasa, tanggal 6 Februari 2018, Hasil rontgen ditemukan paling tidak 130 peluru senapan angin yang bersarang di bagian, Kepala 74 peluru, Tangan kanan 9 peluru, Tangan kiri 14 peluru, Kaki kanan 10 peluru, Kaki kiri 6 peluru dan Da da 17 peluru.

Namun tim otopsi hanya mampu mengeluarkan 48 peluru saja, sedangkan Kedua mata kanan dan kiri buta dikarenakan adanya beberapa peluru di sekitar mata, Ada 1 lubang diameter 5 mm di pipi kiri.

Bahkan, ada Gigi taring bagian bawah sebelah kiri patah, Luka terbuka yang masih baru sebanyak 19 titik diperkiraan dari benda tajam, telapak kaki kiri tidak ada namun merupakan luka lama, testis kanan terdapat luka sayatan dan bernanah.

Baca: Hari primata nasional, orangutan semakin terdesak dan diburu manusia

Kemudian, bagian lebam daerah paha kiri, dada kanan dan tangan kiri diperkirakan akibat benda tumpul, temuan dalam usus besar ada 3 biji buah kelapa sawit dan lambung berisi buah nanas.

Penyebab kematian sementara diperkirakan karena adanya infeksi akibat luka yang lama ataupun yang baru terjadi. 130 peluru adalah terbanyak dalam sejarah konflik antara orangutan dan manusia yang pernah terjadi di Indonesia.

Lemahnya penyelesaikan kasus dan kurangnya kesadaran masyarakat sehingga kasus seperti ini terus terulang.

Sumber: Tribun Kalteng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas