Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Pilu Masiah: Berbagi Beras 1,5 Kg untuk 18 Anggota Keluarganya

Jadi, dalam satu rumah tersebut Masiah dan suaminya hidup bersama empat orang anak, tiga menantu, dan sembilan cucunya

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Kisah Pilu Masiah: Berbagi Beras 1,5 Kg untuk 18 Anggota Keluarganya
Tribun Jabar/ Siti Masithoh
Masiah dan keluarga 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kisah memilukan dari Desa Sarabau, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, yaitu Masiah (60) beserta keluarganya yang berjumlah 18 orang harus berbagi nasi setiap harinya agar semua bisa merasakan nikmatnya makan.

Masiah beserta keluarganya tinggal di Blok Kebon Gede Rt 12/04 Desa Sarabau Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon.

Di dalam rumah yang masih beralas tanah itu, Masiah hidup bersama empat orang anaknya yaitu Dayati (45), Farida (40), Casnadi (38), dan Neneng (33).

Ketiga anaknya tersebut sudah menikah kecuali Casnadi.

Baca: Susi Pudjiastuti Minta Anies Siapkan Lahan Untuk Pasar Ikan: Jangan di Rawa Ya Pak Gubernur

Jadi, dalam satu rumah tersebut Masiah dan suaminya hidup bersama empat orang anak, tiga menantu, dan sembilan cucunya.

Dalam sehari, keluarga tersebut hanya mampu membeli beras 1,5 kg.

Berita Rekomendasi

"Sebenarnya tidak cukup, tapi dicukupkan saja, seorang berapa suap agar semua terbagi," kata Masiah saat ditemui di rumahnya, Kamis (8/2/2018).

Setiap harinya Masiah harus menghidupi suami dan keluarganya.

Baca: Kasihan Sama Adik yang Menangis, Kakak Umur 4 Tahun Siram Air Panas ke Bayi 5 Bulan

Suami Masiah, Suparta (62), tidak bekerja karena sakit-sakitan.

Nenek itu sudah bekerja menjadi karyawan pembuat batik selama 38 tahun.

Setiap harinya, Nenek Masiah bekerja mulai pukul 07.00 WIB-16.00 WIB dan memperoleh upah Rp 15.000.

Dalam sehari, ke-18 orang tersebut hanya makan maksimal dua kali sehari.

Tak hanya Masiah, kedua anaknya, Dayati dan Farida juga pegawai pengrajin batik.

Sedangkan Neneng setiap harinya bekerja sebagai pengumpul barang bekas.

Dan anak laki-lakinya, Casnadi, hanya bekerja serabutan.

Baca: Uang dan Perhiasan Senilai Rp 31 Juta Raib Dicuri padahal Akan Digunakan Biaya Umrah

"Saya setiap hari kerja mengumpulkan barang bekas dan memperoleh upah Rp 15.000," kata Neneng sambil menggendong anaknya.

Saat Tribun Jabar mengunjungi rumah Masiah, atapnya banyak yang bolong, alas rumahnya masih tanah, setiap sudut ruangnya juga tampak terlihat kotor.

Tak hanya itu, tempat tidur di setiap kamar juga sangat lembab dan lusuh.

"Kalau hujan, rumah kami pasti bocor, masih banyak atap yang bolong," kata Masiah sambil mengusap air matanya.

Semua barang-barang yang digunakan di rumah tersebut juga dapat dikategorikan tidak layak pakai.

Tembok rumahnya masih setengah bata dan setengah asbes.

"Rumah ini merupakan rumah warisan orang tua saya," kata Masiah kepada Tribun Jabar.

Baca: Cara Cynthia Lamusu Rawat Rambut dan Alis Si Kembar

Tak ada fentilasi udara yang masuk ke dalam rumah, melainkan hanya ada satu kamar mandi untuk 18 orang tersebut.

Bahkan, Masiah, Suparta, dan Neneng terbiasa tidak menggunakan sandal karena tidak sanggup membelinya.

"Jangankan membeli sandal, untuk makan saja kami harus berbagi," kata Masiah.

Meskipun demikian, keluarga ini tetap semangat bekerja setiap hari. (Tribun Jabar/Siti Masithoh)

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas