Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tak hanya Makan Sendok, Pisau dan Paku, Jahrani Pernah Teteskan Lem ke Matanya

Jauh sebelum memiliki kebiasaan makan sendok, pisau, paku, baut dan benda tak lazim lainnya, Jahrani pernah meneteskan lem buatan Korea ke matanya.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Tak hanya Makan Sendok, Pisau dan Paku, Jahrani Pernah Teteskan Lem ke Matanya
Tribun Kaltim/Rahmat Taufik
Jumrah menunjukkan hasil rontgen anaknya, Jahrani yang di dalam perutnya terdapat sendok, penjepit kuku, paku dan pengupas wortel. TRIBUN KALTIM/RAHMAT TAUFIK 

TRIBUNNEWS.COM, TENGGARONG - Jauh sebelum memiliki kebiasaan makan sendok, pisau, paku, baut dan benda tak lazim lainnya, Jahrani (26), pemuda asal Loa Duri Ilir, Kecamatan Loa Janan, Kukar pernah meneteskan lem buatan Korea ke matanya.

Akibatnya, kedua mata Jahrani tertutup rapat hingga kemudian dilarikan ke RSUD AW Syahranie.

Beruntung, kelopak matanya bisa terbuka lagi.

Jumrah, ibunda Jahrani kepada Tribun Kaltim menuturkan, pernah suatu saat dulu, anak sulungnya itu meneteskan lem seperti layaknya obat tetes mata.

Saat itu kondisi rumah memang sepi, hanya tinggal Jahrani sendiri.

"Dia malah menyalahkan saya karena menaruh lem Korea sembarang," tutur Jumrah.

Lem itu sering digunakan adik Jahrani untuk mengelem sepatu.

Berita Rekomendasi

Baca: Ateng DPO Tipikor Pengadaan Tanah Akhirnya Terciduk di Pontianak

Jumrah mengatakan, Jahrani sudah 7 kali bolak-balik ke rumah sakit.

Kendati biaya pengobatannya gratis karena ditanggung Jamkesda dan BPJS, namun Jumrah harus berutang untuk ongkos transportasi, makan, dan keperluan lainnya.

Hingga sekarang, utang itu belum terlunasi.

Sebagai ibu, Jumrah tidak pernah melihat keganjilan dalam diri Jahrani. Perilakunya tampak seperti biasa dan normal.

"Saya melihat perilakunya lebih aktif saat dioperasi terakhir kemarin (Januari 2018). Tangannya nggak bisa diam. Botol infus diganggunya hingga perawat beberapa kali mengganti botol infus. Maka itu tangannya sampai diikat," ujarnya.

Enam bulan lalu, Jahrani minta dibuatkan pagar di pinggir tempat tidurnya. Pagar itu diberinya gembok.

Dia menghindari dorongan kuat makan benda asing yang bisa saja muncul sewaktu-waktu.

Selepas operasi Januari kemarin, Jahrani menghindari makanan masam atau kecut dan pedas.

"Dia juga tak boleh makan sejenis keripik yang keras dan susah dicerna karena ini akan membuat lambungnya nyeri," kata Jumrah.

Baca: Pengunjung Karaoke Ditemukan Tak Bernyawa Usai Pesta Miras Bareng Temannya

Jahrani makan seperti biasa, cuma tidak langsung dihabiskan. Sesekali dia berhenti, lalu dilanjut lagi makannya.

Jahrani juga tidak suka minum air putih. Ia hanya minum air gula dan teh.

"Dia suka makan apa saja, termasuk ngemil. Kadang-kadang makan 2 kali sehari," ujarnya.

Jahrani menghabiskan waktu nonton acara kesukaannya di TV, seperti musik dan berita.

Jumrah tak hanya menempuh pengobatan medis untuk kesembuhan anaknya. Ia juga pernah memanggil kiai atau orang pintar.

"Satu ruangan ini penuh orang mengaji untuk kesembuhan Jahrani, lalu pernah juga melaksanakan salat hajat," kata ibu dari 5 orang anak ini.

Semua cara telah ditempuhnya, tapi kebiasaan Jahrani makan benda asing masih muncul.

Ia berharap pasca operasi kemarin anaknya bisa segera pulih. Saat ini Jumrah terus mengawasi anaknya, bergantian dengan suaminya.

Sebelum tidur, ia harus memastikan gembok pagar di tempat tidur anaknya sudah terkunci.

Baca: Potongan Tubuh Korban Longsor yang Ditemukan di Pegunungan Lio Belum Teridentifikasi

Jahrani sendiri mengaku tidak sadar ketika memasukkan benda asing ke dalam tenggorokannya.

"Waktu itu kepala terasa berat. Saya nggak tahu benda apa yang saya masukkan ke dalam mulut. Lalu tiba-tiba tenggorokan saya sakit. Hingga saya sampai muntah darah. Saya baru sadar ketika perut saya sudah terasa nyeri dan kesakitan. Ibu saya bilang mata saya merah dan keluar air mata," ujar Jahrani.

Sewaktu kerja di kayu, pemuda ini sempat mengalami kejadian ganjil.

Ketika kerja malam sekitar pukul 02.00, tiba-tiba ia ingin pergi sendiri di dalam hutan yang gelap. Waktu itu, ia merasa pikirannya kosong.

Ia terus masuk ke dalam hutan, bahkan tak menghiraukan teguran temannya.

Beruntung, temannya menepuk keras pundaknya. Ketika tersadar, Jahrani lalu balik ke tempatnya kerja.

"Karena saya sendiri sebetulnya takut kegelapan, tapi tiba-tiba saya sudah di dalam hutan yang gelap saat itu," tuturnya.

Sumber: Tribun Kaltim
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas