Pulau Maratua Kebanjiran Sampah Impor, Kok Bisa?
Selain itu, di pulau terdepan yang berbatasan perairan dengan Filipina dan Malaysia ini, juga minim sarana dan prasarana pengolahan sampah.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribun Kaltim, Geafry Necolsen
TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG REDEB - Sebagai tempat wisata, Pulau Maratua, Tanjung Redeb, Kalimantan Timur menyimpan sejuta keindahan alam, menarik wisatawan. Namun dibalik pesonanya, ada persoalan serius yang perlu dicarikan solusinya.
Pasalnya, di pulau ini, pada musim-musim tertentu kebanjiran 'sampah impor' dari sejumlah negara. Sampah ini pada saat musim angin selatan, 'berkeliling pulau' mengikuti gerakan arus, dan jumlahnya terus terakumulasi, karena sampah yang jumlahnya luar biasa banyak ini, tidak mungkin dipungut satu per satu.
Selain itu, di pulau terdepan yang berbatasan perairan dengan Filipina dan Malaysia ini, juga minim sarana dan prasarana pengolahan sampah.
Para pengelola resort di Pulau Maratua kerap mengeluhkan sampah ini. "Kami malu dengan wisatawan yang berkunjung, kesannya kotor. Padahal sampah-sampah ini, bukan berasal dari Pulau Maratua," ungkapnya kepada Tribunkaltim.co, Senin (5/3/2018).
Sejumlah pengelola resort, kepada Tribunkaltim.co membenarkan, meski ada sampah domestik, namun mayoritas sampah-sampah ini berasal dari negara tetangga, yakni Filipina dan Malaysia. Kebanyakan berupa sampah plastik, kemasan makanan dan minuman. Dilihat dari label kemasannya, memang berasal dari dua negara tersebut.
"Kemarin ada wafer dan roti dari Malaysia, ada juga dari Filipina" kata Een pekerja salah satu resort di Pulau Maratua. Menurutnya, sampah ini biasanya datang pada musim tertentu. "Biasanya, saat musim angin selatan. Kalau angin utara, malah bersih," ungkapnya.
Pihaknya mengaku telah mencoba berbagai cara mengatasi persoalan ini. "Rencananya kami membendung (sampah) dengan batu, tapi berapa kubik yang harus kami sediakan? Perlu biaya yang sangat banyak sekali," jelasnya.
Pihaknya juga pernah memasang jaring di sekeliling resort. "Tapi karing juga jebol, karena tidak kuat menahan bongkahan kayu yang didorong arus laut," katanya lagi.
Yudi Rizal, pengunjung Pulau Maratua membenarkan, kebanyakan sampah yang membanjiri pesisir pantai Pulau Maratua berasal dari negara lain. "Iya, memang kebanyakan sampah dari luar (negeri), kalau menyelam, pasti menemukan sampah seperti itu," ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Berau, Agus Tantomo, yang juga sedang berkunjung ke Pulau Maratua mengatakan, sampah menjadi persoalan serius yang harus ditangani, terutama sampah di objek wisata andalan.
Terlebih lagi, saat ini Pemkab Berau tengah gencar mempromosikan pariwisata, untuk menarik kunjungan wisatawan dan diharapkan dapat meningkatkan pereknomian masyarakat Berau.
Agus berharap, para investor yang memiliki resort di sepanjang pantai Pulau Maratua, ikut berpartisipasi mengatasi persoalan ini.
"Ini persoalan serius yang harus ditangani. Harus dicarikan solusi, terutama resort-resort yang di pinggir laut, mereka bisa pasang jaring untuk mencegah sampah masuk. Setelah itu, sampah langsung diangkat. Kalau hanya dibiarkan, sampah malah akan terus menumpuk," kata Agus Tantomo didampingi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Berau, Mappasikra Mappaseleng.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.