Kisah Eno dan Imas Harus Mengurung dan Merantai Dua Anaknya yang Alami Gangguan Jiwa
Eno dan Imas tetap mengurus kedua anaknya tersebut, setiap hari kedua anaknya diberi makan dan dimandikan beberapa kali dalam satu minggu.
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mumu Mujahidin
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Eno (70) terpaksa merantai Sudrajat (32), anak bungsunya yang mengalami gangguan jiwa sejak kecil.
Eno juga mengurung anak keduanya Maesaroh (35) yang juga mengalami gangguan mental di Kampung Kebon Kalapa, Desa Sukamenak, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, Jumat (23/3/2018).
Eno bersama istrinya, Imas (50), mengaku terpaksa merantai anak bungsunya, lantaran kerap mengamuk dan kabur-kaburan.
Kondisi anak keduanya Maesaroh lebih bisa dikendalikan sehingga tidak perlu dirantai, cukup dibiarkan di dalam rumah.
Sesekali Maesaroh hanya ke berdiam di teras rumah.
"Bapak teh terpaksa (dirantai), karna anaknya (Sudrajat) enggak bisa diam, sering ngamuk kadang suka membenturkan kepala ke tembok kalau lagi kambuh teh," katanya.
Bahkan Sudrajat sering kabur hingga berhari-hari tak pulang bahkan pernah hilang hingga seminggu dan dicari-cari oleh kedua orangtuanya.
Baca: Tanggapan Persib Bandung Atas Kritik Bobotoh Soal Jersey Baru
Kedua anaknya sudah mulai sakit sejak usia tiga tahun, tiba-tiba anaknya panas dan menangis terus menerus meski sudah ditenangkan.
"Jadi dulu pas umurnya masih tiga tahun itu dia panas terus nangis terus enggak berhenti hingga malam. Dari situ jadi seperti ini. Adiknya juga sama dari umur tiga tahun juga," kata Imas.
Eno dan Imas memiliki 3 orang anak, anak pertama mereka Supriatna tidak mengalami gangguan mental.
Supriatna meninggal di usia (38) setelah menikah dan memiliki seorang putra.
Anak kedua dan ketiga mereka Maesaroh dan Sudrajat mengalami gangguan mental sejak usia 3 tahun.
Pada usia 3 tahun Maesaroh sempat bisa bicara namun Sudrajat waktu itu belum bisa berbicara.
Baca: Sayangilah Bapakmu, Video Driver Ojol Terkantuk-kantuk Tunggu Orderan, Warganet Ramai Mendoakan
"Sudah pernah diobati dua kali tapi pada enggak sanggup, katanya ini mah katumpangan (mistis) dan harus dibawa ke orang pintar. Semua orang pintar dan ustad juga sudah didatangin, malah sampai kemalaman dan kehujanan di jalan tetap aja pada enggak sanggup," katanya.
Meski demikian Eno dan Imas tetap mengurus kedua anaknya tersebut, setiap hari kedua anaknya diberi makan dan dimandikan beberapa kali dalam satu minggu.
Kedua anaknya itu melakukan buang air kecil dan buang air besar di tempat. Ruang rumahnya lumayan bersih, namun tercium bau tidak sedap, seperti bau kotoran dan bau pesing, hingga keluar rumah. (*)