Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hasil Survei Pilkada Jabar 2018 : Dua DM Salip RINDU

Dalam kontek pasangan Dua DM, kata dia, terlihat sekali peranan Dedi Mulyadi (Demul) sebagai wakil yang mendongkrak Deddy Mizwar

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Hasil Survei Pilkada Jabar 2018 : Dua DM Salip RINDU
Istimewa
Denny JA 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peta kekuatan para kandidat jelang Pilkada Jawa Barat 2018 mulai berubah. Hal ini merupakan temuan terbaru hasil survei Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (LSI Denny JA), terkait dengan preferensi pemilih dalam Pilkada Jawa Barat, pada Juni 2018 mendatang.

Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah, mengatakan setelah sebelumnya pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum (RINDU) memimpin elektabilitas, kini pasangan Deddy Mizwar –Dedi Mulyadi (Dua DM) mulai menyalip tipis dengan 43,2 persen.

"Sementara, pasangan RINDU turun ke posisi kedua dengan 39,3 persen. Meskipun, dalam simulasi elektabiltas personal,Toto menyebut Ridwan Kamil (RK) masih unggul tipis (40,8 persen) dari Deddy Mizwar (38,9 persen)," ujar Toto, dalam keterangannya, Minggu (15/4/2018).

Merujuk pada data survei sebelumnya, ia menjelaskan perubahan peta kekuatan pasangan para kandidat tersebut, antara lain karena adanya faktor peranan calon wakil gubernur yang bisa menyumbang kenaikan, dan bisa juga menyumbang penurunan.

Dalam kontek pasangan Dua DM, kata dia, terlihat sekali peranan Dedi Mulyadi (Demul) sebagai wakil yang mendongkrak Deddy Mizwar (Demiz).

"Sehingga, Demiz yang elektabiltas personalnya 38,9 persen kalah tipis dari RK yang 40,8 persen, terdongkrak menjadi 43,2 persen setelah berpasangan dengan Demul," ungkapnya.

Di sisi lain, dalam simulasi empat calon wakil gubernur, Dedi Mulyadi memang mengungguli jauh tiga calon lainnya dengan 38 persen. Inilah salah satu faktor yang mendongkrak pasangan Dua DM. Sementara Uu Ruzhanul Ulum (16,8 persen), Syaikhu (18,9 persen) dan Anton Charliyan (3,6 persen).

Berita Rekomendasi

Hal berbeda justru terjadi sebaliknya dengan pasangan RINDU, dimana RK unggul secara personal, tapi saat dipasangkan dengan UU malah menurun karena elektabilitas wakil rendah.

"Meskipun ada faktor –faktor lain yang ikut menyumbang penurunan tersebut. Yang pasti, jika tidak ada pergerakan yang luar biasa dari pasangan RINDU, bukan mustahil ini akan menjadi sinyal lampu kuning yang bisa menyeretnya pelan-pelan kalah dalam pertarungan. Apalagi jika merujuk pada trend yang terus menurun. Tak mudah kandidat yang punya tren turun untuk rebound," kata Toto.

Sebaliknya, lanjut dia, jika pasangan Dua DM ini berhasil meningkatkan pengenalan dan kesukaannya melalui aneka program yang massive dan menyentuh aspirasi warga Jabar, bukan mustahil mereka bisa lolos sebagai pemenang. Terlebih, selain karena tren pasangan ini yang terus naik, juga karena Dedi masih punya potensi menaikkan tingkat pengenalannya yang masih sekitar 55 persen. Tingkat kesukaannya sendiri cukup tinggi dengan 73,1 persen.

Lebih lanjut, Totok mengungkap keunggulan Demul juga dikarenakan dia punya pemilih militan (strong supporter) yang cukup tinggi sebesar 26,6 persen, dibandingkan dengan Uu (12,5 persen), Syaikhu (4,3 persen) dan Anton (1,8 persen).

"Biasanya, mereka inilah kategori pemilih yang tak akan pernah berubah sampai pemilihan hari-H," imbuhnya lagi.

Harapan pasangan Dua DM memang ada pada Demul, karena Demiz sudah sampai pada tingkat pengenalan yang mentok, yaitu 94,8 persen. Meskipun kesukaannya juga cukup tinggi dengan 81,8 persen. Kurang lebih sama dengan tingkat kesukaan RK yang 82 persen dari 77 persen yang mengenalnya.

Dua pasangan lainnya, Sudrajat - Syaikhu (ASYIK) hampir sama dengan Dua DM, dimana faktor wakil ikut menyumbang kenaikan elektabilitas saat dipasangkan. Dalam simulasi personal, Sudrajat harus puas dengan 4,2 persen. Tapi, saat dipasangkan dengan Syaikhu naik menjadi 8,2 persen.

"Pasangan yang keempat, Tubagus Hasanudin-Anton Charliyan (HASANAH) dengan elektabilitas 4,1 persen tampaknya belum bisa saling menyumbang karena elektabilitas masing-masing masih sangat rendah," pungkasnya.

Survei dilakukan pada 21-29 Maret 2018 dengan menggunakan metode standard: multi stage random sampling, dimana seluruh pemilih Jawa Barat dipilih secara random. Jumlah responden 440, dengan margin of error sebesar 4,8 persen.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas