Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Korban Gempa Kalibening Banjarnegara Banyak Menderita ISPA dan Hipertensi di Pengungsian

Para pengungsi korban gempa di Kalibening mulai mengeluhkan beragam penyakit selama berada di Posko Pengungsian.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Korban Gempa Kalibening Banjarnegara Banyak Menderita ISPA dan Hipertensi di Pengungsian
tribunjateng/budi susanto/ist
Gempa Guncang Banjarnegara, Ratusan Rumah Rusak, 17 Luka dan 1 Meninggal. Lokasi kerusakan berada di kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara, Rabu (18/4/2018) pukul 13.28 WIB.. 

Laporan Wartawan Tribun Jateng Khoirul Muzakki

TRIBUNEWS.COM, BANJARNEGARA - Para pengungsi korban gempa di Kalibening mulai mengeluhkan beragam penyakit selama berada di Posko Pengungsian.

Kondisi tempat tinggal yang kurang layak serta mental yang masih terguncang akibat trauma gempa memicu timbulnya penyakit itu.

Koordinator Lapangan Penanganan Korban Bencana Kalibening Bidang Kesehatan Ristiyono mengatakan, pada 24 April 2018 lalu, pihaknya sempat menangani 561 pasien korban gempa.

Mereka mengeluhkan penyakit beragam.

Paling banyak penyakit yang diderita pasien adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sebanyak 126 orang.

Pasien penderita hipertensi juga tak kalah banyak jumlahnya, sebanyak 108 orang.

Berita Rekomendasi

Para korban juga banyak mengeluhkan mialgia atau nyeri otot sebanyak 73 orang. Selain itu, para pengungsi banyak menderita sakit kepala (cephalgia) sebanyak 42 orang.

Kasus penyakit lain yang diderita pengungsi adalah diare, faringitis, konjungtivitis, dan gastritis namun jumlahnya sedikit.

Setelah menerima penanganan medis dari tim medis, kondisi kesehatan para pengungsi ini berangsur membaik.

Jumlah penderita penyakit-penyakit itu mengalami penurunan pada 26 April lalu menjadi 130 pasien. Penderita ISPA saat itu tinggal 34 orang, hipertensi 26 orang, dan mialgia sebanyak 26 orang.

"Setelah ditangani, jumlahnya menurun,"katanya, Jumat (27/4)

Ristiyono menyebut, penyakit yang dikeluhkan pada pengungsi berhubungan dengan pola hidup mereka selama di pengungsian.

Para korban gempa ini wajar banyak menderita ISPA karena lingkungan tempat mereka tinggal kurang layak.

Mereka yang tinggal di tenda-tenda terutama, rentan terkena angin malam dengan suhu lingkungan yang lembab.

Terlebih di wilayah Kalibening masih kerap dilanda cuaca ekstrem yang tak ramah bagi kesehatan para pengungsi.

Cara tidur di atas tikar atau kasur yang langsung bersentuhan dengan tanah juga bisa memicu penyakit itu.

Sementara hipertansi yang juga banyak diderita pengungsi, menurut Ristiyono, lebih berkaitan dengan kondisi psikis mereka, semisal stres atau trauma karena gempa.

Jantung yang berdebar kencang karena ketakutan juga bisa memicu tensi naik.

Begitupun dengan mialgia atau nyeri otot, berhubungan dengan latar belakang kondisi mereka, semisal keletihan atau kurang istirahat.

"Bisa juga karena kurang tidur. Beban pikiran juga memengaruhi kesehatan mereka,"katanya (*)

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas