Napi Terorisme Harus Diisolasi dari Segala Informasi
Muradi berpendapat narapidana terorisme harus diisolasi dari segala informasi, menyusul kerusuhan di sekitar Mako Brimob Polri di Kelapa Dua.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha Sukarna
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Pengamat militer dan pertahanan dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Muradi berpendapat narapidana terorisme harus diisolasi dari segala informasi, menyusul kerusuhan di sekitar Mako Brimob Polri di Kelapa Dua, Kota Depok.
"Napi teroris harus khusus memang benar, tapi mereka harus diisolasi. Jadi baiknya di Lapas Nusakambangan," kata Muradi via ponselnya, Kamis (11/5/2018).
Penjagaan ketat dilakukan polisi di rumah tahanan cabang Salemba yang berada di area Mako Brimob bagi setiap kerabat atau keluarga yang berkunjung.
Baca: Wakapolri: Ledakan Kamis Pagi Berasal dari Bom yang Dirakit Napi
Dalam kasus itu, penyebab awal kerusuhan diduga soal makanan kiriman dari keluarga untuk napi teroris namun tidak diberikan untuk alasan keamanan.
Muradi berpendapat, isolasi napi teroris termasuk membatasi interaksi mereka dengan dunia luar termasuk keluarga.
Karena menurutnya, saat ini, meski di rutan, banyak keluarga napi teroris yang tinggal di sekitar tahanan dengan mengontrak rumah.
"Isolasi ini dengan melarang serta menutup akses mereka pada komunikasi dan informasi dengan dunia luar. Sebut saja, napi teroris ini malah bisa mengetahui perkembangan aksi 212 hingga pembubaran HTI," katanya.
Baca: Hidangan di Atas Sepatu saat Jamuan Makan dengan PM Israel Membuat PM Jepang Shinzo Abe Tak Nyaman
Informasi dan komunikasi dimanfaatkan dengan baik oleh pihak-pihak yang berkaitan dengan kasus terorisme.
Pasalnya, hal itu berkaitan dengan pergerakan mereka dalam menjalankan aksi-aksi teror serta perluasan jaringan.
"Jadi isolasi napi terorisme keharusan. Salah satunya di Lapas Nusakambangan," kata Muradi.