Jadi Korban Bom di Surabaya, Teddy: Saya Tidak Dendam
Saat bom meledak, Teddy mengaku sedang duduk di areal bazar di depan perpustakaan gereja.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Teddy, salah satu jemaat gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela yang turut menjadi korban serangan bom, Minggu (13/5/2018), ternyata sempat menghubungi anaknya sesaat setelah serangan bom bunuh diri itu terjadi.
Hal ini seperti dikatakan Andre, putra Teddy. "Papa saya menghubungi via telepon kalau habis ada bom di gerejanya dan dia luka dalam perjalanan ke rumah sakit," kata Andre, Minggu (13/5/2018).
Setelah mendapat telepon itu, Andre langsung tancap gas menuju ke RS Bedah Surabaya.
"Saat saya tiba, suasananya cukup mencekam. Banyak korban luka, banyak darah, banyak tangis. Dokter dan perawat terlihat sibuk. Saya cari papa saya, ternyata mengalami luka di kepala," ungkap Andre.
Diceritakan Andre, Teddy berada di gereja untuk mengikuti bazar. Biasanya Teddy baru akan mengikuti misa ibadah Minggu di sore hari.
Tapi pada pagi itu, Teddy dan istrinya mengikuti bazar menjual produk makanan.
Saat bom meledak, Teddy mengaku sedang duduk di areal bazar di depan perpustakaan gereja. Luka yang didapat lebih karena pecahan kaca dan benda-benda tajam dan tumpul lainnya.
"Kelihatannya seperti bom panci. Yang isinya macam-macam. Papa saya lukanya seperti kena plakat, sehingga bocor dan berdarah-darah. Tadi sempat saya lihat korban yang masuk IRD juga kena benda-benda tajam dan besar. Ada pisau cukur yang masuk ke bagian salah satu tubuh korban anak-anak," kata Andre.
Baca: Pemkot Surabaya Terjunkan TKSK untuk Mendampingi dan Menghimpun Korban Hilang
Melihat kejadian ini, Andre mengaku cukup kaget, sedih dan menyesalkan.
"Tapi saya tidak dendam. Ini kerjaan orang gila saja. Saya maafkan. Saya kaget sekali, Surabaya yang aman dan nyaman bisa mengalami ini. Tapi selanjutnya, kami berharap jangan sampai ada lagi dan kuatkan untuk papa saya agar sehat kembali," ungkap Andre.